BI Asumsikan Nilai Tukar Rupiah 2016 Rp13.700 per Dolar  

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Selasa, 22 September 2015 11:29 WIB

Warga menukarkan mata uang asing pada sebuah tempat penukaran mata uang asing di Mall Ambasador, Jakarta, 12 Maret 2015. Tingginya nilai tukar Dollar atas Rupiah membuat orang-orang menukarkan Dollar miliknya ke bank atau tempat penukaran mata uang. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mempersempit kisaran asumsi nilai tukar rupiah dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 menjadi Rp13.700 hingga Rp13.900 per dolar Amerika Serikat (AS).

Sebelumnya, asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada 2016 adalah Rp13.400 hingga Rp13.900 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo mengatakan Agus meyakini kondisi nilai tukar saat ini mengalami undervalue dan overshoot yang tidak sejalan dengan fundamental ekonomi.

Hal itu terjadi karena nilai tukar rupiah masih dalam tekanan akibat sentimen modal terbatas, arus balik modal, tingginya permintaan dolar, serta eksportir yang disinyalir enggan melepas dolar.

"Jadi, angka itu tak bisa digunakan begitu saja untuk membangun asumsi nilai tukar RAPBN 2016. Angka nilai tukar 2016 di kisaran Rp13.700 sampai Rp13.900," ujarnya di Gedung DPR, Senin (21 September 2015) malam.

Kondisi nilai tukar rupiah saat ini, lanjutnya, tidak bisa menggambarkan kondisi nilai tukar rupiah pada 2016.

Agus memprediksi rerata nilai tukar rupiah sepanjang tahun depan bisa mencapai Rp13.900 per dolar. Tahun lalu, rata-rata nilai tukar rupiah Rp11.876 per dolar.

Sementara itu,rerata kurs rupiah terhadap dolar sepanjang 1 Januari hingga 18 September 2015 adalah Rp13.211 (year to date), sedangkan sepanjang 1 Juli-18 September 2015 (quater to date) rerata nilai tukar rupiah naik menjadi Rp13.775 per dolar.

"Di kuartal IV/2015 saja mungkin nilai tukar rupiah akan konservatif di kisaran Rp14.000 Apabila sepanjang tahun dirata-rata, nilai tukar rupiah terhadap dolar Rp 13.211 tidak akan melebihi Rp13.450," tutur Agus.

Kondisi neraca keuangan tahun 2016 diprediksi akan lebih baik karena arus modal akan masuk kembali ke Indonesia dan defisit neraca berjalan atau current account deficit (CAD) akan lebih sehat.

"BI melihat di 2016 yang namanya financial account sudah lebih baik karena ada capital inflow, dan capital inflow-nya memasok valas dan CAD juga menunjukan kondisi yang lebih sehat sehingga kita merasa nilai tukar berada di Rp13.700-Rp13.900, ucap Agus.

Financial account Indonesia saat ini tertekan diakibatkan minimnya dana masuk ke pasar modal dan surat utang negara (SUN) di periode sama tahun lalu. Dana masuk biasanya senilai Rp170 triliun, namun untuk tahun ini hanya Rp39 triliun.

Ia menuturkan penurunan ini terjadi karena dinamika ekonomi global akibar spekulasi Fed Fund Rate dan kondisi China serta masih adanya kekhawatiran ekonomi Indonesia melemah.

Bank sentral memprediksi financial account surplus sebesar 1,86% di tahun ini. Sementara, financial account pada 2016 akan berada dikisaran 3,8%.

"Financial account di kuartal III/2015 tertekan karena dugaan kenaikan Fed Fund Rate menekan financial account. Di kuartal IV sampai 2016 akan jadi lebih baik," ucap Agus.

Dalam proyeksi BI pula, di akhir 2015, defisit transaksi berjalan Indonesia berada di minus 2,2%.minus 2,88% dan capital account surplus 2,91%.
BISNIS

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

18 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

20 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

4 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

4 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

5 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

5 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

5 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya