Panen Saat Kedelai Langka, Petani Bojonegoro Untung
Editor
Zed abidien
Kamis, 27 Agustus 2015 13:03 WIB
TEMPO.CO, Sujatmiko - Sejumlah kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, kini sedang menikmati hasil panen kedelai. Musim panen saat kemarau seperti ini menguntungkan petani Bojonegoro, mengingat sejumlah tempat di Jawa Timur tengah mengalami kelangkaan kedelai.
Kecamatan yang kini tengah panen kedelai di antaranya Kecamatan Margomulyo, Dander, Sumberejo, Balen, Kapas, Kedungadem, dan sebagian di Kanor. Jangka waktu panen telah dimulai pada pekan ketiga Agustus hingga akhir September mendatang.
Menurut Kepala Desa Mojoranu, Kecamatan Dander, Lukman Hakim, dalam waktu satu pekan ini, petani di desanya sudah panen kedelai. Selain itu, ada kemungkinan akan terjadi panen secara bergiliran dalam 15 hari ke depan. ”Ya, sudah mulai panen,” ujarnya kepada Tempo, Kamis, 27 Agustus 2015. Dia menyebutkan tanaman kedelai miliknya seluas 2 hektare juga tengah panen.
Lukman menyebutkan di desanya terdapat 160 hektare tanaman kedelai yang siap panen. Tanaman berumur 85-90 hari ini sudah mulai ditanam pada Juni lalu—beberapa saat setelah panen padi. Tiap panen, rata-rata di Desa Mojoranu menghasilkan kedelai sebanyak 2,5-3 ton per hektare. Ketersediaan air dari aliran mata air dari Kampung Sumberarum, Dander, membuat hasilnya optimal.
Bukan hanya di Desa Mojoranu, beberapa desa di Kecamatan Dander juga sedang memasuki masa panen kedelai. Seperti Desa Sendangrejo, Desa Ngraseh. Kemudian di Desa Bendo dan sebagian di Desa Tanjunghardjo, Kecamatan Kapas, juga tengah panen. Rata-rata harga kedelai di tingkat petani sebesar Rp 7.000-7.500 per kilogram.
Berdasarkan data di Dinas Pertanian Bojonegoro, luas tanaman kedelai pada tahun ini mencapai 19-20 ribu hektare, yang tersebar di beberapa kecamatan. Untuk daerah irigasi, seperti di beberapa desa di Kecamatan Dander dan di Kecamatan Kanor, diterapkan pola tanam 2:1, yaitu dua kali tanam padi dan kedelai satu kali dalam setahun.
Sedangkan di luar daerah itu, seperti di Kecamatan Margomulyo, Balen, Sumberejo, dan sebagian di Kecamatan Kedungadem, digunakan pola tanam padi satu kali dan kedelai satu kali.
Selain bagi petani, musim panen kedelai pada Agustus-September ini berdampak positif bagi kelangsungan pelaku usaha rumahan, yaitu perajin tahu dan tempe. ”Ya, minimal bisa menekan harga di pasar,” ujar Didik, Kepala Seksi Usaha dan Swadaya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bojonegoro.
Didik mencontohkan, selama ini, kedelai di pasar Bojonegoro berasal dari impor, yang saat ini harganya cenderung naik, yakni Rp 7.500-8.000 per kilogram. "Kenaikan harga kedelai impor bisa menjadi alternatif perajin tempe," ucapnya.
SUJATMIKO