TEMPO Interaktif, Jakarta:Jumlah penumpang Kapal PT Pelayaran Nasional Indonesia (PT Pelni) mengalami penurunan drastis sebesar 50 persen. "Kalau tahun-tahun lalu kami bisa angkut penumpang sebanyak 8 juta setahun, sekarang paling hanya 4 juta,"kata juru bicara Pelni Abu Bakar Goyim, Minggu (20/11).Akibat turunnya jumlah penumpang, pendapatan perusahaan pelat merah ini semakin berkurang. Belum lagi ditambah biaya operasional pelayaran yang semakin meningkat menyusul naiknya harga bahan bakar minyak per 1 Oktober lalu. Kalau semula Pelni harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 1,5 miliar per kapal untuk BBM, saat ini biaya BBM per kapal menjadi dua kali lipatnya.Pangsa pasar Pelni yang beralih menggunakan moda angkutan udara, menurut Goyim, menjadi penyebab turunnya jumlah penumpang. Pelni hanya dapat bertahan bila mampu melakukan modifikasi bisnis.Sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan kembali, menurut Goyim, Pelni tengah membidik kontainer sebagai salah satu jenis muatan yang akan diangkut selain penumpang dan kendaraan. "Berapa pun jumlah penumpang biaya BBM nya kan sama saja, karena itu sayang kalau tidak memanfaatkan untuk mengangkut yang lainnya,"ujar Goyim.Untuk dapat merealisasikan program yang disebut 3 in 1 (penumpang, kendaraan dan container) itu, Pelni perlu memodifikasi armadanya. Untuk itu Pelni saat ini tengah mencari investor dalam dan luar negeri. "Calon investornya sudah ada, tapi saya belum bisa menyebutkannya. salah satunya dari Singapura,"ujarnya.Menteri Perhubungan Hatta Rajasa membenarkan bahwa Pelni akan mengangkut kontainer selain penumpang. "Karena Pelni harus dapat survive, apalagi ada instruksi presiden nomor 5 tahun 2005 yang mewajibkan semua muatan domestik harus diangkut kapal nasional,"katanya.Khairunnisa