Bank Indonesia: Waspadai 'Currency War' 3 Tahun ke Depan  

Reporter

Selasa, 9 Juni 2015 09:19 WIB

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia akan mewaspadai potensi terjadinya perang mata uang atau "currency war" yang mungkin terjadi sebagai dampak dari rencana penyesuaian suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) secara berkala.

"Saya melihat tiga tahun ke depan akan terus ada currency war, karena kalau seandainya program peningkatan bunga di AS berjalan secara berkala, pasti berdampak pada mata uang negara lain yang satu sama lain akan menjaga posisi kompetitif mata uangnya," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Senin malam 8 Juni 2015.

Perang mata uang yang dimaksud adalah suatu kondisi dimana masing-masing negara "sengaja" untuk melemahkan mata uangnya terhadap mata uang negara lain, dengan tujuan mempermudah ekspor dan memperbaiki neraca perdagangan.

Agus menjelaskan saat ini kondisi global sedang mengalami fenomena penguatan dolar AS yang menyebabkan terjadinya depresiasi nilai mata uang di berbagai negara berkembang ekonomi dan menimbulkan risiko dalam jangka panjang.

"Hari ini semua lebih dalam dari (rupiah) kita tekanannya, tapi ini semua reaksi dari perkembangan risk on dan risk off di luar negeri. Saya melihat bahwa kita memang harus menghadapi ini dengan baik dan waspada," katanya.

Untuk itu, ia kembali menegaskan dalam jangka pendek dan menengah, BI berupaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS agar para pelaku pasar tidak memiliki kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

"Kalau ada tekanan ekstrem, kita menjaga supaya volatilitasnya ada dalam batas yang dapat diterima untuk meraih kepercayaan pasar. Pasar harus tahu BI selalu ada untuk menjaga stabilitas (rupiah)," kata Agus.

Terkait pergerakan rupiah yang cenderung melemah hingga pertengahan tahun, Agus memperkirakan rupiah bisa kembali stabil setelah Juni dengan rata-rata sepanjang tahun 2015 pada kisaran Rp13.000-Rp13.200 per dolar AS.

"Untuk rupiah year to date masih pada Rp12.911 per dolar AS, dan biasanya (perlemahan) ini musiman sampai akhir Juni, karena ada sentimen dan banyak yang harus dibayar (menggunakan dolar). Tapi nanti akan normal dan fundamental membaik, sehingga pada kuartal tiga dan empat rupiah rata-rata Rp12.500," katanya.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menambahkan depresiasi mata uang yang terjadi di beberapa negara, termasuk Indonesia, sebagai akibat dari penguatan dolar AS dan itu terjadi karena dunia sedang menunggu kepastian terkait penyesuaian suku bunga The Fed.

"Yang terjadi adalah dolar menguat terhadap segalanya dan itu tidak terelakkan karena tingkat bunga AS (berpotensi) naik, otomatis (nilai mata) uang bergerak ke arah dolar AS. Itu natural sebagai respon terhadap kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga," ujarnya.

Dari segi pemerintah, kata Bambang, salah satu hal yang dapat diupayakan sebagai antisipasi agar fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak terlalu bergejolak adalah dengan memperkuat struktur fundamental perekonomian nasional.

"Kita jaga fundamentalnya. Kita menjaga current account deficitnya dan defisit anggarannya. Itulah yang harus kita lakukan," katanya.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak melemah sebesar 90 poin menjadi Rp13.380 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.290 per dolar AS yang dipicu oleh tekanan eksternal.

ANTARA

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

19 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

1 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

2 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya