TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu calon Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hendy Sulistiowaty, merasa terhormat bisa maju menjadi calon pengganti Halim Alamsyah, yang akan pensiun pertengahan tahun nanti. Hendy adalah satu-satunya perempuan yang menjadi kandidat Deputi Gubernur BI. Dia akan bersaing dengan Dody Budi Waluyo dan Erwin Rijanto.
"Saya tak sendiri, saya mewakili kaum perempuan di BI," ujarnya dalam rapat uji kelayakan dan kepatutan bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Senin, 20 April 2015.
Sontak pernyataan Direktur Eksekutif Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter BI ini mendapat sambutan tepuk tangan para hadirin dan anggota Komisi XI.
Di luar materi kompetensi, menurut Hendy, keterlibatan perempuan di jajaran Deputi Gubernur BI sangat minim. Padahal di luar negeri perempuan justru menjadi pemimpin bank sentral. Dia mencontohkan Tan Sri Dato Sri Dr Zeti Akhtar Aziz, pemimpin bank sentral Malaysia, dan Janet L. Yellen, bos bank sentral Amerika Serikat.
"Kebetulan besok Hari Kartini, karena itu saya berharap diberi kepercayaan masuk jajaran Deputi Gubernur," katanya.
Dalam pemaparannya, Hendy menekankan pentingnya pertumbuhan usaha kecil dan menengah serta peran aktif cabang BI di daerah untuk memeratakan kemajuan moneter.
Dalam sejarahnya, peran wanita dalam jajaran Dewan Gubernur BI tergolong minim. Tercatat hanya ada dua nama di jabatan itu, yakni Siti Fajriah dan Miranda S. Goeltom. Mereka menjabat di Dewan Gubernur BI pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Namun keduanya tak mulus menjalankan mandat masing-masing. Siti terganjal kasus Bank Century, sedangkan Miranda terjerat kasus suap cek perjalanan DPR untuk melancarkan jalannya menjadi Gubernur BI.