Petani mengeringkan gabah di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Rabu (14/3). TEMPO/Muhtar
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Komisi IV yang, antara lain, membidangi pertanian, Rofi Munawar, menyesalkan kenaikan harga bahan bakar minyak yang secara tiba-tiba dan tidak dikonsultasikan terlebih dulu dengan Dewan. Menurut dia, keputusan ini memberatkan masyarakat, khususnya petani, yang sedang dalam masa sulit dan menjelang panen raya.
"Bagi petani, kenaikan BBM akan mempengaruhi seluruh rentang produksi, juga membebani proses pascapanen," katanya dalam keterangan pers pada Selasa, 31 Maret 2015.
Menurut dia, dengan kenaikan harga BBM, maka sewa jasa alat mesin pertanian seperti traktor, pompa air, dan usaha penggilingan padi juga ikut naik. "Biaya tambahan ini membuat harga pembelian pemerintah (HPP) gabah yang belum lama ini dinaikkan menjadi Rp 3.700 per kilogram sia-sia," ujarnya.
Rofi menambahkan, kenaikan harga gabah tidak memberikan keuntungan buat petani. Namun lebih banyak untuk menutup biaya produksi. Ia mengatakan kenaikan harga BBM yang fluktuatif juga memberikan dampak buruk bagi sektor pertanian. "Produksi menjadi tidak pasti dan juga terjadi instabilitas harga di pasar."
Pekan lalu, harga Premium di Jawa, Madura, dan Bali, naik dari Rp 6.900 menjadi Rp 7.400 per liter. Premium di luar Jawa naik dari Rp 6.800 menjadi Rp 7.300 per liter. Sedangkan solar naik dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900.