TEMPO Interaktif, Jakarta:PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) diminta untuk meninjau kembali penetapan kenaikan harga listrik untuk pelanggan industri waktu beban puncak pukul 18.00 sampai 22.00. Industri merasa keberatan harus menanggung kenaikan harga listrik yang langsung ditetapkan PLN pada awal September mendatang. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi, PLN seharusnya menaikkan harga listrik secara bertahap. "Bertahap karena penjualan produk industri biasanya dalam bentuk kontrak sehingga perlu penyesuaian," kata Sofyan usai Diskusi Sosialisasi Penghematan Energi Nasional di Jakarta, Selasa (9/8). PLN menaikkan tarif listrik pelanggan bisnis dan industri dengan meningkatkan faktor pengali (faktor K) dari 1,4 atau 1,5 menjadi 2. Faktor K adalah angka pengali yang dipakai saat beban puncak. PLN setiap memasuki waktu beban puncak biasanya menggunakan pembangkit yang berbahan bakar BBM sehingga biaya yang dikeluarkan jauh lebih tinggi dibanding memakai gas atau batubara. Untuk menutupi selisih biaya tersebut maka PLN menggunakan faktor K.Sesuai Keppres tentang Tarif Dasar Listrik, faktor K hanya dikenakan kepada pelanggan besar, misalnya pelanggan dengan golongan tarif S3 (sosial besar), B3 (bisnis besar), I2 (industri sedang), I3 (industri menengah), P2 (gedung publik besar), T (traksi), dan C (pembelian listrik curah). Semula, besarnya faktor K berbeda-beda untuk tiap daerah. Regional Jawa dan Bali, misalnya, memiliki faktor K 1,4, Sumatera 1,4, Kalimantan 1,5, dan Sulawesi 1,5. Khusus untuk regional Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua 2. Direksi PLN mengeluarkan ketentuan baru yang menyeragamkan angka faktor K seluruh regional menjadi 2. muhamad fasabeni