Pekerja bongkar muat beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, 20 Februari 2015. Bulog memastikan tak akan impor beras tahun 2015. Sebab, harga beras pada 2015, diyakini tidak akan terlalu bergejolak karena produksi berlimpah. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Perum Bulog hari ini menggelontorkan 25 ribu ton raskin (beras miskin) dan 2.000 beras untuk operasi pasar di seluruh Indonesia. Beras yang totalnya 27 ribu ton itu disalurkan ke pasar untuk menekan harga beras yang saat ini sudah naik sekitar 30 persen dari harga normal.
Direktur Utama Perum Bulog Lenny Sugihat mengatakan 25 ribu ton raskin tersebut merupakan bagian dari rencana penyaluran sebesar 300 ribu ton untuk Februari ini di seluruh Indonesia. "Khusus untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, telah disiapkan 1.600 ton raskin untuk disalurkan," kata Lenny di gudang Bulog, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu, 25 Februari 2015.
Sejak Januari hingga 24 Februari 2015, Perum Bulog telah menyalurkan 174 ribu ton raskin dan 56.304 ton beras untuk operasi pasar.
Lenny merinci, beras tersebut dipasok oleh 20 unit truk raskin di DKI Jakarta, 15 unit truk raskin di Karawang, 10 unit truk raskin di Tangerang, dan 10 unit truk raskin di Kabupaten Bogor. Selain itu, ada 5 unit truk raskin di Kota Bogor, 5 unit truk raskin di Kota Depok, dan 20 unit truk beras untuk operasi pasar di wilayah Jabodetabek.
Program raskin dan operasi pasar, kata Lenny, dimaksudkan untuk menstabilkan harga dan menjaga daya beli masyarakat. Program raskin tahun ini diberikan kepada 15,5 juta rumah tangga sasaran (RTS) dengan alokasi 15 kilogram per RTS per bulan. "Setiap kilogram raskin ini mempunyai nilai tebus Rp 1.600," ujarnya.
Adapun program operasi pasar, Lenny menjelaskan, dimaksudkan untuk menyediakan beras bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga eceran tertinggi Rp 7.400 per kilogram di Jawa dan Rp 7.500 per kilogram di luar jawa. Dalam pelaksanaan program raskin dan operasi pasar, Bulog bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat.