Duh..., Tengkulak Ramai-ramai Beli Gabah Petani di Bojonegoro
Editor
Muhammad Iqbal
Selasa, 24 Februari 2015 13:03 WIB
TEMPO.CO, Bojonegoro - Saat orang meributkan soal naiknya harga beras, hingga Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menuding adanya permainan mafia beras, para tengkulak justru beramai-ramai mendatangi sejumlah lumbung padi di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Mereka, para tengkulak itu, memborong gabah dan beras yang dua pekan terakhir ini harganya melambung tinggi.
Menurut para tengkulak, dibanding daerah lain, harga gabah dan beras pada tingkat petani di Bojonegoro masih terbilang murah. Makanya mereka menyasar beberapa kecamatan yang dikenal sebagai daerah lumbung padi Bojonegoro, terutama yang terletak di pinggir Sungai Bengawan Solo. "Mereka memborong beras maupun gabah langsung dari petani," kata Miftahudin, petani di Kecamatan Padangan, Bojonegoro, kepada Tempo, Selasa, 24 Februari 2015.
Pedagang beras, yang datang ke Bojonegoro, berasal dari sejumlah kabupaten di Jawa Tengah, seperti Pati, Purwodadi, dan Rembang. Biasanya, beras-beras yang dibeli dari Bojonegoro itu akan dijual di Kudus dan Semarang. Selain dari Jawa Tengah, pedagang beras juga datang dari Sidoardjo, Mojokerto, hingga Jember.
Sejumlah daerah di Bojonegoro saat ini sedang menunggu panen padi. Seperti di Kecamatan Kalitidu di Desa Brenggolo, Sumengko, Talok, Grebegan, Ngujo, Mlaten, dan sebagian di Mojosari. Bahkan beberapa desa di Kecamatan Dander pada pekan ini sudah mulai masuk masa panen.
Menurut Nur Hadi, petani di Desa Sudah, Kecamatan Malo, Bojonegoro, harga gabah pada tingkat petani sekitar Rp 4.500-5.000 per kilogram. Namun harga beras jenis padi Ciherang pada tingkat petani sekitar Rp 8.000 per kilogram.
Biasanya, para pedagang pada tingkat pertama menjual dengan harga Rp 9.500 per kilogram dan di pasaran dijual dengan harga Rp 10.000-10.500 per kilogram. "Sebagian di desa kami sedang panen," kata petani yang sehari-hari berprofesi sebagai guru sekolah dasar ini kepada Tempo, Selasa, 24 Februari 2015. "Gabah langsung diborong begitu selesai dipanen," kata Nur Hadi.
Bupati Bojonegoro Suyoto mengatakan, sebagai sentra beras, Bojonegoro banyak didatangi para pedagang beras. Hanya, selama ini, petani menjualnya baru berupa gabah, bukan yang sudah jadi beras. "Kalau sudah jadi beras, tentu harganya bisa naik," kata Suyoto kepada Tempo, Selasa, 24 Februari 2015.
SUJATMIKO