Tamu undangan memotret layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan kamera telepon genggam usai pembukaan perdagangan di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta (2/1). Pembukaan perdagangan saham tersebut di buka oleh Wakil Presiden Boediono. Tempo/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Aksi beli pelaku pasar domestik berhasil menyelamatkan indeks dari tekanan jual yang dilakukan investor asing. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dalam perdagangan Selasa, 20 Januari 2015, menguat 14 poin (0,27 persen) ke level 5.166,09.
Meski begitu, analis dari PT Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah, mengatakan tren jangka pendek indeks sebenarnya masih cenderung melemah akibat tingginya aksi jual investor asing dan minimnya sentimen positif di bursa. Dalam dua hari perdagangan, investor asing telah mencatat net sellRp 1,05 triliun. Adapun saham-saham yang banyak dilepas berasal dari golongan saham berkapitalisasi besar. (Baca: Harga BBM Turun, Saham Blue Bird Terbang.)
Lanjar menuturkan capital outflow pada bursa saham dipicu dua faktor. Pertama, revisi pertumbuhan ekonomi global oleh Bank Dunia meningkatkan risiko investasi. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia dan Eropa cenderung turun. Hanya ekonomi Amerika Serikat yang direvisi naik. Kedua, rencana bank sentral Amerika (The Fed) menaikkan suku bunga mendorong investor mengalihkan asetnya ke dalam dolar AS. (Baca: IMF: Ekonomi Lesu karena Harga Minyak Anjlok.)
Di Indonesia, menurut Lanjar, kondisi fundamental ekonomi masih cenderung melambat akibat tekanan defisit perdagangan dan melemahnya permintaan komoditas global. Dia berharap kebijakan pemerintah menekan inflasi dengan menurunkan harga bahan bakar minyak bersubsidi bisa menjadi oasis di tengah keringnya data ekonomi yang positif. Ke depan, pelaku pasar berharap Bank Indonesia bisa merespons rendahnya inflasi dengan menurunkan suku bunga.
Hari ini, Rabu, 21 Januari 2015, Lanjar memprediksi indeks berada pada 5.130-5.200 dengan kecenderungan konsolidasi hingga menguat terbatas. "Perhatikan saham-saham seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Semen Indonesia (SMGR), London Sumatera Plantation (LSIP), Perusahaan Gas Negara (PGAS), dan Bank Mandiri (BMRI)," tuturnya.