Presiden Jokowi bersiap mengumumkan turunnya harga BBM di halaman Istana, Jakarta, 16 Januari 2015. Premium menjadi Rp. 6.600/liter, Solar menjadi Rp. 6.400/liter, elpiji 12 Kg menjadi Rp 129.000 dan harga semen turun sebesar Rp.3000 per sak. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Mojokerto - Kebijakan Presiden Joko Widodo untuk menurunkan harga semen bersamaan dengan turunnya harga bahan bakar minyak membuat para pedagang merugi. Agen penjual semen di Mojokerto, Jawa Timur, Chandra Islamsis, mengaku rugi karena kadung membeli semen pada saat harga tinggi. (Baca: Jokowi Turunkan Harga Semen, Pertama dalam Sejarah.)
Chandra mengaku telah membeli 4 ribu sak semen kemasan 40 kilogram dari distributor di Surabaya seharga Rp 59.250 pada 13 Januari 2015. Sebelum harga diturunkan Jokowi, dia biasa menjual semen Rp 60 ribu per sak. Setelah harga diturunkan, dia terpaksa menjual Rp 57.500 per sak. "Saya rugi Rp 1.750 per sak,” kata Chandra yang membuka toko bahan bangunan Indah Jaya di Kecamatan Jetis, Selasa, 20 Januari 2015. (Baca: Harga Semen di Makassar Belum Turun.)
Menurut Chandra, selain merugi karena ada selisih harga pembelian dan penjualan, ongkos kuli angkut semen juga menambah beban operasi agen. Dia berharap ada kebijakan dari pemerintah untuk mengatur harga khusus untuk penjualan semen stok lama. “Kami berharap stok yang lama bisa dijual dengan harga lama,” ujarnya.
Mulai Senin, 19 Januari 2015, Jokowi mengumumkan penurunan harga BBM bersubsidi, gas elpiji kemasan 12 kilogram, dan semen buatan pabrik milik pemerintah. Khusus untuk harga semen, Jokowi memerintahkan harga turun Rp 3.000 per sak. Aturan ini berlaku untuk semen buatan PT Semen Indonesia dan PT Semen Batu Raja. (Baca: Pemerintah Bantah Intervensi Harga Semen.)