Seorang karyawan money changer menghitung uang kertas Rupiah, di Jakarta, 15 Desember 2014. Adek Berry/AFP/Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Indonesia sebenarnya bisa memanfaatkan pelemahan nilai tukar rupiah untuk meningkatkan ekspor dan menekan laju impor. Dengan demikian, kata JK, perbaikan defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan bisa lebih cepat.
"Ini peluang karena hampir semua ekspor Indonesia dihitung dengan dolar sehingga defisit perdagangan bisa turun," kata JK dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Rabu, 17 Desember 2014. (Baca: JK: Keseimbangan Kurs Rupiah 12.500 per Dolar AS.)
JK juga mengatakan ada peluang lain dari melemahnya rupiah. Menurut JK, investasi juga akan lebih cepat masuk karena para pemodal merasa lebih murah jika menanamkan duit di Indonesia. Kondisi ini, kata JK, berbeda dengan yang terjadi di Jepang. Karena harga-harga dihitung dengan dolar dan dikonversikan ke rupiah, maka investasi akan lebih cepat terwujud. "Jadi sebenarnya semua ini peluang bagi Indonesia," ujar JK. (Baca: Strategi Jokowi Atasi Pelemahan Rupiah.)
Ihwal penyebab melemahnya rupiah, JK yakin hal itu bukan disebabkan oleh rapuhnya fundamental ekonomi Indonesia. Menurut JK, perbaikan ekonomi Amerika Serikat membuat kurs mata uang negara-negara lain harus bergerak ke arah keseimbangan (equilibrium) baru karena perubahan tersebut.
Saat membuka rapat kabinet terbatas, Presiden Joko Widodo mengatakan tren pelemahan yang dialami mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat seharusnya bisa mendorong pengembangan sektor industri di Indonesia. "Sisi industri harus didorong di kesempatan seperti ini," kata Jokowi
Menurut Jokowi, sektor industri harus diberikan insentif agar industri-industri yang berorientasi ekspor bisa bergerak lebih cepat. "Sehingga bisa mengambil keuntungan dari posisi pelemahan rupiah ini," ujar Jokowi.