Bank Dunia Sebut Dua Tantangan Ekonomi Indonesia  

Reporter

Selasa, 9 Desember 2014 06:36 WIB

Direktur Indover Nana Supriana (tengah) saat rapat dengan Komisi Keuangan dan Perbankan di DPR-RI Jakarta, (22/10). Indover Bank harus diselamatkan untuk menjaga kepercayaan dunia internasional terhadap perbankan Indonesia. TEMPO/Wahyu S

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Utama Bank Dunia, Ndiame Diop, mengatakan perekonomian Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan pada akhir 2014. Dua tantangan utama yang dihadapi Indonesia yaitu penyerapan belanja modal yang masih jauh dari harapan serta penurunan defisit neraca transaksi berjalan. (Baca: (Baca juga: Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menurun)

Sampai akhir Oktober, realisasi belanja modal hanya sekitar 38 persen dari pagu dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sedangkan defisit neraca transaksi berjalan baru mencapai 3,1 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada akhir triwulan III 2014. "Penurunan secara bertahap defisit transaksi berjalan diperkirakan terus berlangsung dan bisa mencapai angka 2,8 persen dari PDB pada 2015," kata Diop.

Diop mengatakan Indonesia saat ini mempunyai kesempatan memperbaiki layanan publik setelah memiliki ruang fiskal Rp 100 triliun dari penyesuaian harga bahan bakar minyak bersubsidi. Dia mengatakan alokasi anggaran yang baik, termasuk untuk pelayanan kesehatan dan program perlindungan sosial, dapat mempercepat upaya pemberantasan kemiskinan yang melambat. "Tanpa dukungan ini, tingkat kemiskinan yang saat ini 11,3 persen akan tetap berada di atas angka delapan persen pada 2018," ujarnya. (Baca juga: Kadin: Pertumbuhan Ekonomi Bisa 7 Persen)

Meski memberikan ruang fiskal untuk belanja infrastruktur dan perlindungan sosial, penyesuaian harga BBM dalam jangka pendek mendorong inflasi menjadi lebih tinggi daripada proyeksi awal. Diop mengatakan inflasi diperkirakan mencapai 7,5 persen pada 2015 dan akan menurun pesat sebelum akhir tahun, "Apabila tidak ada gejolak lainnya," kata Diop. Secara keseluruhan, Bank Dunia optimistis perekonomian Indonesia dapat tumbuh lebih baik meski menghadapi tantangan perlambatan investasi atau[un ekspor pada 2015. (Baca juga: Ekonomi Indonesia Menapaki Jalan Bergelombang)

Dalam laporan triwulanannya, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 hanya berada pada kisaran 5,1 persen. Angka ini lebih rendah daripada proyeksi dalam laporan sebelumnya, yakni 5,2 persen. Diop mengatakan pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat menyebabkan harga sejumlah komoditas Indonesia menuurun. "Hal ini memperkecil hadirnya peluang baru (untuk pertumbuhan)," kata Diop.

FERY F. | ANT

Berita Terpopuler
Jokowi Tolak Sahkan Golkar Kubu Ical dan Agung

Golkar Hengkang dari Koalisi Prabowo

Faisal Basri Segera 'Telanjangi' Petral

Berita terkait

LPEM FEB UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua 2024 Melambat

1 jam lalu

LPEM FEB UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua 2024 Melambat

BPS menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,11 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada triwulan I 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

10 jam lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

15 jam lalu

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

Eks menteri keamanan Panama memenangkan pilpres setelah menggantikan mantan presiden Ricardo Martinelli dalam surat suara.

Baca Selengkapnya

Kepala Bappenas Sanjung Pemerintahan Jokowi: Ekonomi RI Stabil di Kisaran 5 Persen

16 jam lalu

Kepala Bappenas Sanjung Pemerintahan Jokowi: Ekonomi RI Stabil di Kisaran 5 Persen

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyanjung pemerintahan Presiden Jokowi karena pertumbuhan ekonomi RI stabil pada kisaran 5 persen.

Baca Selengkapnya

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

1 hari lalu

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

Joe Biden mengatakan xenophobia di Cina, Jepang dan India menghambat pertumbuhan di masing-masing negara, sementara migrasi berefek baik bagi ekonomi.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

1 hari lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

1 hari lalu

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

Kementerian Keuangan mencatat di tengah gejolak ekonomi global perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan mendorong peningkatan lapangan pekerjaan.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

1 hari lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

2 hari lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

3 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya