TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute for Development Economy and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan selain kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan pemerintah pertengahan bulan ini, faktor lain yang ikut mengerek inflasi adalah komoditas pertanian. “Ternyata harga cabai ikut menekan naiknya inflasi,” ujarnya saat dikonfirmasi, Sabtu, 29 November 2014.
Dampak kenaikan harga BBM masih terasa hingga triwulan satu tahun ke depan, karena adanya penyesuaian harga barang industri. Kondisi itu diperparah dengan penerapan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) yang segera diterapkan. “Mau tak mau mereka juga melakukan penyesuaian harga,” ujarnya.
Khusus harga cabai, Enny menyatakan, pemerintah harus melakukan terobosan agar harga kembali normal. Jika hal tersebut dibiarkan, inflasi Desember tetap tinggi. “Ini persoalan serius, setelah beras yang naik Oktober lalu, ternyata kenaikan cabai bisa berlangsung sampai akhir tahun,” ungkapnya.
Enny mengatakan akibat naiknya BBM yang telah dilakukan pemerintah, inflasi November diperkirakan berada di interval 1,2-1,3 persen. Kondisi ini akan terus berlangsung hingga pertukaran tahun baru Desember mendatang. “Yang pasti masih di atas satu persen, apalagi Desember mau tak mau harga pasti naik karena ada Natal dan pergantian tahun,” paparnya.
Melihat pertumbuhan ekonomi tahun ini, lembaganya memprediksi angka pertumbuhan tahunan depan berada di kisaran 5-6 persen atau lebih tinggi dari asumsi pemerintah dalam APBN yang ditetapkan 4,4 persen. “Itu pun dengan catatan, jika realokasi anggaran segara dilakukan pemerintah,” ujarnya.
Enny mengatakan kenaikan inflasi disebabkan adanya gangguan musim hujan yang berpotensi mengancam produksi serta distribusi pangan, selain itu rencana kenaikan bahan bakar minyak tetap ditempuh pemerintah untuk menghilangkan subsidi BBM. “Karena, kan, sampai sekarang masih belum sampai ke harga keekonomian,” ujarnya.
JAYADI SUPRIADIN
Topik terhangat:
Golkar Pecah |Interpelasi Jokowi | Ritual Seks Kemukus | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Kata Ruhut Soal Saling Sindir Jokowi-SBY
Pollycarpus Bebas, Allan Nairn Beberkan Data TPF
Ahok Idolakan Arsenal Karena Warna Kausnya
Alex Asmasoebrata Bangga Berbesankan Muchdi
Berita terkait
LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel
15 jam lalu
Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.
Baca SelengkapnyaEkonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel
12 hari lalu
Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.
Baca SelengkapnyaAntisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif
13 hari lalu
Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.
Baca SelengkapnyaEkonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi
44 hari lalu
Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi
Baca SelengkapnyaImbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun
44 hari lalu
Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).
Baca SelengkapnyaTarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara
45 hari lalu
Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaIndef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok
45 hari lalu
Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.
Baca SelengkapnyaPPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi
45 hari lalu
Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.
Baca SelengkapnyaEkonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man
58 hari lalu
Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.
Baca SelengkapnyaTerkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar
59 hari lalu
Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.
Baca Selengkapnya