BBM dan Cabai Kerek Inflasi November 2014  

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Senin, 1 Desember 2014 03:08 WIB

Ilustrasi cabai. ANTARA/M Agung Rajasa

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute for Development Economy and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan selain kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan pemerintah pertengahan bulan ini, faktor lain yang ikut mengerek inflasi adalah komoditas pertanian. “Ternyata harga cabai ikut menekan naiknya inflasi,” ujarnya saat dikonfirmasi, Sabtu, 29 November 2014.

Dampak kenaikan harga BBM masih terasa hingga triwulan satu tahun ke depan, karena adanya penyesuaian harga barang industri. Kondisi itu diperparah dengan penerapan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) yang segera diterapkan. “Mau tak mau mereka juga melakukan penyesuaian harga,” ujarnya.

Khusus harga cabai, Enny menyatakan, pemerintah harus melakukan terobosan agar harga kembali normal. Jika hal tersebut dibiarkan, inflasi Desember tetap tinggi. “Ini persoalan serius, setelah beras yang naik Oktober lalu, ternyata kenaikan cabai bisa berlangsung sampai akhir tahun,” ungkapnya.

Enny mengatakan akibat naiknya BBM yang telah dilakukan pemerintah, inflasi November diperkirakan berada di interval 1,2-1,3 persen. Kondisi ini akan terus berlangsung hingga pertukaran tahun baru Desember mendatang. “Yang pasti masih di atas satu persen, apalagi Desember mau tak mau harga pasti naik karena ada Natal dan pergantian tahun,” paparnya.

Melihat pertumbuhan ekonomi tahun ini, lembaganya memprediksi angka pertumbuhan tahunan depan berada di kisaran 5-6 persen atau lebih tinggi dari asumsi pemerintah dalam APBN yang ditetapkan 4,4 persen. “Itu pun dengan catatan, jika realokasi anggaran segara dilakukan pemerintah,” ujarnya.

Enny mengatakan kenaikan inflasi disebabkan adanya gangguan musim hujan yang berpotensi mengancam produksi serta distribusi pangan, selain itu rencana kenaikan bahan bakar minyak tetap ditempuh pemerintah untuk menghilangkan subsidi BBM. “Karena, kan, sampai sekarang masih belum sampai ke harga keekonomian,” ujarnya.

JAYADI SUPRIADIN

Topik terhangat:
Golkar Pecah |Interpelasi Jokowi | Ritual Seks Kemukus | Susi Pudjiastuti

Berita terpopuler lainnya:
Kata Ruhut Soal Saling Sindir Jokowi-SBY
Pollycarpus Bebas, Allan Nairn Beberkan Data TPF
Ahok Idolakan Arsenal Karena Warna Kausnya
Alex Asmasoebrata Bangga Berbesankan Muchdi

Berita terkait

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

15 jam lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

12 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

13 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

44 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

44 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

45 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

45 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

45 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

58 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

59 hari lalu

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya