Direktur Utama PT. Garuda Indonesia Tbk, Emirsyah Satar (tengah) didampingi Direktur Keuangan Garuda, Handrito Harjono (kiri), dan Direktur Layanan Garuda, Faik Fahmi saat jumpa pers usai paparan kinerja kuartal III di Jakarta, Kamis (25/10). TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berencana menerbitkan saham baru atau right issue tanpa hak memesan efek terlebih dahulu. Jumlah saham baru yang akan dilepas sebanyak 17 juta lembar dengan harga sekurang-kurangnya Rp 476 per lembar saham.
"Dari aksi korporasi ini, akan didapat dana sebesar Rp 8,40 miliar," kata Sekretaris Perusahaan GIAA Pudjobroto dalam keterbukaan di Bursa Efek Indonesia, Selasa, 25 November 2014. (Baca: Garuda Segera Pisahkan Citilink)
Pudjobroto menuturkan tujuan right issue ini adalah mengesahkan tambahan penyertaan modal negara (PMN) menjadi modal ditempatkan dan disetor dalam perseroan yang disetujui oleh Kementerian Keuangan pada 1993. Tahun 1993, Kementerian Badan Usaha Milik Negara menyepakati penetapan salah satu mesin jet seharga Rp 8,40 miliar menjadi PMN.
Pada April 2014, GIAA menerbitkan saham baru dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Dari aksi itu, maskapai pelat merah itu diperkirakan mendapat dana Rp 1 triliun. (Baca: Avtur Melonjak, Ongkos Penerbangan Haji Bakal Naik)
Adanya right issue ini membuat total modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan menjadi Rp 11,88 triliun. Namun saham masyarakat yang ada pada Garuda akan terdelusi atau berkurang 0,0092 persen. "Dari 13,54 persen menjadi 13,53 persen," ujar Pudjo.
Walaupun begitu, Pudjo menuturkan harga yang ditawarkan tak akan berpengaruh negatif terhadap pemegang saham, karena harga transaksi telah mencerminkan nilai pasarnya. Rencana ini nantinya akan dibawa dalam rapat umum pemegang saham luar biasa pada Desember mendatang, agar disetujui oleh para pemegang saham. (Baca: Penjamin Emisi Belum akan Lepas Saham Garuda)
Kinerja keuangan impresif yang dicatatkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk hingga kuartal III-2023 diikuti dengan sentimen positif terhadap saham BRI (BBRI).