TEMPO.CO, Jakarta - Produksi minyak dan gas bumi (migas) nasional diperkirakan tidak akan mencapai target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014. Sebab, selain ada penurunan cadangan secara alamiah, tidak ada penemuan cadangan minyak baru yang mendukung peningkatan produksi.
Menurut Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Johanes Widjonarko, hingga akhir tahun produksi migas nasional hanya mencapai 794 ribu barel per har, di bawah target APBNP 2014 sebesar 818 ribu barel per hari. (Baca: Menteri ESDM Copot Dirjen Migas)
Namun Widjanarko mengatakan sepanjang tahun ini penurunan cadangan secara alamiah rata-rata masih di bawah 5 persen. Dia mengklaim angka penurunan alamiah tersebut sudah cukup terjaga. "Kalau tidak ada upaya apa-apa dari kami dan kontraktor, penurunan bisa sampai 15 persen," kata dia di sela-sela rapat pimpinan di gedung Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Selasa, 4 November 2014.
Ketidakpastian hukum juga dinilai Widjanarko mempengaruhi minimnya investasi migas tahun ini, sehingga penemuan cadangan baru relatif sedikit. Untuk itu, dia mendukung upaya pemerintah untuk menyederhanakan sejumlah proses perizinan yang selama ini terlalu panjang. Upaya debirokratisasi yang telah dilakukan sebelumnya akan terus dilanjutkan. Dari 292 perizinan yang ada, pemerintah akan berupaya memangkas menjadi hanya 89 perizinan. "Dalam waktu dekat akan dikerucutkan lagi menjadi 8-9 kluster perizinan," ujarnya.
Hal serupa disampaikan oleh Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan. Menurut dia, PT Pertamina (Persero) memastikan tidak bisa memenuhi target produksi secara optimal. Padahal Pertamina menyumbang 20 persen produksi nasional. (Baca: Jero Tersangka, Jokowi Diminta Benahi Sektor Migas)
Kemarin, Pelaksana Tugas Direktur Utama Pertamina Muhamad Husen mengatakan kinerja produksi perseroan mengalami penurunan. Dia memprediksi realisasi produksi hingga akhir tahun hanya 94 persen dari target produksi sebesar 554 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD). Artinya, hingga akhir tahun produksi Pertamina diprediksi hanya mencapai 520,76 ribu BOPED.
Menurut Husen, penurunan produksi disebabkan kendala pengeboran sepanjang tahun ini. Kendala tersebut muncul dari sisi internal yakni masalah perizinan dan pembebasan lahan, dan sisi eksternal seperti cuaca buruk ketika pengiriman rig.
AYU PRIMA SANDI
Berita Terpopuler
Anak Menteri Susi Balas Cuitan Putra Jokowi
Ahok Pernah Diperas oleh @TrioMacan2000
Proyek Jembatan Selat Sunda Dihentikan
Berita terkait
Pengeboran 849 Sumur hingga Akhir 2023, SKK Migas: Produksi Gas Meningkat 1,3 Persen
12 Desember 2023
SKK Migas mencatat peningkatan angka produksi minyak di tahun ini.
Baca SelengkapnyaKontrak yang Diteken di Forum Kapasitas Nasional III 2023 Jakarta Tembus Rp 20,2 T
26 November 2023
SKK Migas mengungkapkan total nilai kontrak antarperusahaan dalam negeri yang ditandatangani di Forum Kapasitas Nasional (Kapnas) III 2023 Jakarta
Baca SelengkapnyaSKK Migas: Nilai Investasi Eksplorasi Minyak dan Gas Tahun Ini US$ 1,7 Miliar, Tertinggi sejak 2016
23 Januari 2023
SKK Migas akan melakukan eksplorasi minyak dan gas di 57 sumur dengan nilai investasi mencapai US$ 1,7 miliar. Tertinggi sejak 2016.
Baca SelengkapnyaSKK Migas Targetkan Pengeboran 57 Sumur Eksplorasi, Bertambah 90 Persen
19 Januari 2023
SKK Migas menargetkan pengeboran sebanyak 57 sumur eksplorasi tajak pada 2023, meningkat 90 persen dibanding capaian tahun 2022.
Baca SelengkapnyaKepala SKK Migas Sebut Industri Hulu Minyak dan Gas RI Butuh Investasi USD 179 Miliar
23 November 2022
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan industri hulu minyak dan gas (migas) membutuhkan investasi yang cukup besar.
Baca SelengkapnyaSKK Migas Berencana Digitalisasi Proses Lifting hingga Eksplorasi
13 November 2019
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, industri hulu Migas juga perlu melakukan inovasi dalam cara mengeksplorasi hingga cara produksi.
Baca SelengkapnyaEmpat Strategi SKK Migas Kejar Target Produksi 1 Juta Barel
11 Oktober 2019
SKK Migas menargetkan produksi migas 1 juta barel per hari pada 2030.
Baca SelengkapnyaImpor Minyak Turun 52 Persen, Pertamina Hemat Rp 20 Triliun
2 Mei 2019
Pertamina mengurangi impor minyak hingga 52 persen sehingga mampu berhemat Rp 20 triliun lebih.
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Membaik, Produsen Gelontorkan Investasi
10 Januari 2018
Produsen minyak dan gas bumi kelas dunia menyambut perbaikan harga Minyak Dunia dengan menggenjot investasi.
Baca SelengkapnyaESDM: Produksi Minyak Sulit Bertambah
9 Januari 2018
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan produksi minyak bumi pada tahun ini sulit bertambah.
Baca Selengkapnya