TEMPO Interaktif, Jakarta:PT PLN (Persero) diminta membenahi manajemen perawatan pembangkit listrik untuk menghindari terjadinya pemadaman listrik bergilir di Jawa dan Bali.Koordinator Working Group on Power Society Restructuring Fabby Tumiwa mengatakan, buruknya manajemen perawatan terlihat dari banyaknya kerusakan pembangkit listrik. Ia mencontohkan, PLTGU Muara Karang sepanjang tahun lalu mengalami 101 kali gangguan. Dari 101 gangguan itu, tercatat waktu yang hilang untuk menghidupkan kembali pembangkit sebanyak 1.800 jam. "Jika dinominalkan ada potensi (keuntungan yang) hilang sebesar US$ 87,1 juta," katanya dalam diskusi mengenai krisis listrik di Jakarta, Sabtu (28/5). Menurut Fabby, jika PLN berhasil memperbaiki setengahnya saja, berarti akan ada penghematan sekitar US$ 43 juta. Padahal, kata dia, "Ada banyak pembangkit yang kasusnya seperti ini di Jawa." Fabby juga menegaskan, pemadaman listrik seharusnya tidak terjadi karena kapasitas pembangkit di Jawa-Bali mencapai sekitar 19.500 MWatt. Bila dibandingkan dengan beban puncak saat ini sebesar 14.400 MWatt, maka seharusnya tidak perlu terjadi pemadaman. Namun sayangnya, kata Fabby, banyak pembangkit yang kini dalam status pemeliharaan dan mengalami kerusakan. "Dalam bulan April saja, total daya yang hilang akibat perbaikan dan kerusakan sebesar 3 ribu MWatt," katanya. Menurut Fabby, sesungguhnya perbaikan pembangkit merupakan hal yang wajar. Persoalannya, yang terjadi sekarang di luar batas normal. Dalam sistem pembangkit, ia menambahkan, seharusnya PLN memiliki cadangan daya sebesar pembangkit terbesar, yaitu 600 MWatt. Namun saat ini, PLN hanya memiliki cadangan sebesar 200 MWatt. Fabby juga menyayangkan adanya pembangkit yang mengalami perbaikan selama berbulan-bulan. "Jangan-jangan ada orang dalam PLN yang berbisnis sparepart," tudingnya. "Ini harus diteliti."General Manager Pusat Pengendalian dan Pengaturan Beban PLN Muljo Adji mengakui, pada April memang terjadi kehilangan total daya sebesar 3 ribu MWatt. Ini dikarenakan adanya perbaikan di beberapa pembangkit, seperti PLTU Paiton sebesar 600 MWatt dan juga pembangkit lainnya, sehingga total kerusakan mencapai sebesar 1.200 MWatt. Untuk bulan ini, ia menjelaskan, pemeliharaan pembangkit sebesar 2.338 MWatt. Sedangkan pembangkit yang mengalami perbaikan sekitar 818 MWatt dan antisipasi susut air untuk PLTA sebesar 150 MWatt. Menurut Muljo, kapasitas terpasang pembangkit Jawa-Bali memang mencapai 19.615 MW. Tapi ada sebesar 6,2 persen yang digunakan untuk menggerakkan mesin, sehingga pasokannya menjadi 18.378 MWatt. Setelah dikurangi lagi dengan daya untuk pemeliharaan dan perbaikan pembangkit, maka pasokan listrik yang bisa dipakai pelanggan hanya 14.710 MWatt. PLN sebelumnya telah mengumumkan akan ada pemadaman listrik bergilir di Jawa-Bali dari 23 Mei hingga 6 Juni. Program ini dilakukan karena ada penyambungan pipa gas di PLTGU Muara Karang dan Tanjung Priok oleh British Petroleum Off Shore North West Java. Adapun kapasitas PLTGU Muara Karang dalam kondisi normal mencapai 500 MWatt dan Tanjung Priok 1.100 MWatt. Sebagian masyarakat tidak percaya bahwa pemadaman ini karena pemasangan pipa gas. Ada yang menduga, pemadaman akibat kerusakan pembangkit.(muhammad fasabeni)