TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta menilai masuknya IKEA dalam pasar retail nasional seperti dua sisi koin. “Kalau dilihat dengan kacamata kuda, ya menjadi ancaman,” kata Tutum kepada Tempo. (Baca: Dua Hari Lagi, IKEA Buka Toko di Indonesia)
Tutum mengatakan masuknya IKEA ke Indonesia dimungkinkan karena adanya kebijakan terbuka oleh pemerintah untuk investasi asing. Akibatnya, pemerintah harus memahami dampak masuknya IKEA ini. “Pemerintah harus memperhitungkan dampaknya agar kami juga menjadi pemain, bukan sekadar penonton,” ujar Tutum.
Tutum meminta pemerintah terus memperhatikan investasi dan suku bunga agar para pemain lokal bisa bertahan dan mandiri. Yang harus dipersiapkan pemerintah adalah kebijakan-kebijakan dalam sektor energi, keuangan, dan perizinan agar pengusaha lokal kuat. Kebijakan-kebijakan yang selama ini diterbitkan pemerintah belum terlihat dampak positifnya bagi pengusaha-pengusaha lokal. (Baca: Produk-produk IKEA Ini Dibuat di Indonesia)
Namun, kata Tutum, pengusaha, perajin daerah, serta kelompok usaha kecil dan menengah (UKM) pun tidak bisa serta-merta dikatakan rugi akibat masuknya IKEA ke pasar domestik. Sebab, mereka masing-masing punya pangsa pasar sendiri. Meski demikian, para pemain lokal harus mengantisipasi hadirnya perusahaan multinasional tersebut karena persaingan bakal bertambah ketat. "Pelaku usaha lokal harus mempersiapkan diri agar bisa merebut hati konsumen dalam persaingan ini."
IKEA berniat membuka toko pertama di Indonesia pada Rabu, 15 Oktober 2014. General Manager IKEA Indonesia Mark Magee mengatakan gerai pertama berada di Alam Sutera Tangerang karena letaknya strategis dan masih ada tanah yang luas.
Toko berukuran 35 ribu meter persegi di kawasan Alam Sutera ini merupakan toko ke-364. IKEA sudah membuka toko-tokonya di 46 negara. Perusahaan asal Swedia ini mengklaim jumlah kunjungan ke toko IKEA mencapai 800 juta kali. Angka kunjungan ke situs resminya tercatat 1 miliar kali.