Anggota DPR dari Fraksi PDI-P memprotes pimpinan sidang paripurna sementara Popong Otje Djundjunan dan Ade Rizki Pratama pada Sidang Paripurna ke-2 di Gedung DPR, Jakarta, 1 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengimbau koalisi pro-Prabowo Subianto dan kubu pro-Joko Widodo di parlemen untuk menghentikan perseteruan politik. Menurut Sofjan, hal ini penting untuk memberikan kepastian bagi investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia.
Sofjan mengatakan semenjak pemilihan anggota parlemen dan pemilihan presiden, banyak izin investasi yang tidak terealisasi. Hal ini terjadi karena investor resah menghadapi ketidakpastian. "Sudah hampir tiga bulan dunia usaha dilanda keresahan," kata dia kepada Tempo, Kamis, 9 Oktober 2014. (Baca: Tunggu Kabinet Jokowi, IHSG Bergerak Poco-poco)
Kini, kata Sofjan, dunia usaha terjepit dua isu. Selain kisruh di parlemen, ada tantangan berat berupa pemberlakuan skema Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 serta kemungkinan resesi global akibat kebijakan moneter di negara maju. (Baca juga: Koalisi Prabowo Kuasai Parlemen, Rupiah Lesu Darah)
Peristiwa politik yang dicermati investor beberapa waktu terakhir yakni pemilihan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Meruncingnya perseteruan antara kubu pro-Prabowo dan pro-Jokowi di parlemen membuat investor bersikap wait and see. (Baca: Koalisi Prabowo Siap Ajukan Veto untuk 100 Posisi)
Di pasar modal, terjadi pelarian dana asing yang cukup besar. Sentimen politik dimanfaatkan oleh para manajer big fund asing untuk keluar dari pasar saham. Sejak September 2014 hingga sekarang, total modal asing yang keluar mencapai Rp 8 triliun. (Baca: Pemilihan Ketua MPR Usai, Saham Langsung Jeblok)
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan dinamika politik saat pergantian pemerintahan menjadi faktor yang paling dicermati investor saat ini.
Berdasarkan data BKPM, sepanjang semester awal 2014, realisasi investasi tumbuh 16,4 persen. Kontribusi asing terhadap investasi mencapai 67,3 persen, sedangkan sisanya sebesar 32,7 persen berasal dari domestik. Dengan rincian investasi asing mencapai Rp 150 triliun atau tumbuh 20,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan investasi domestik sebesar Rp 72,8 triliun atau meningkat 13,5 persen.