TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin menyatakan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2014 mengalami defisit US$ 318,1 juta atau Rp 3,86 triliun. "Ini adalah defisit perdagangan keempat sejak Januari," kata Suryamin di kantornya, Rabu, 1 Oktober 2014. (Baca: Agustus, Ekspor RI Merangkak 2,43 Persen)
Sepanjang 2014, Indonesia sudah mengalami empat kali defisit perdagangan. Defisit pertama terjadi pada Januari sebesar US$ 0,45 miliar. Kejadian kedua pada April, saat angka defisit mencapai US$ 1,97 miliar. Defisit kemudian terjadi pada Juni dan Agustus, masing-masing US$ 0,29 miliar dan US$ 0,31 miliar.
Menurut Suryamin, tingginya belanja di sektor minyak dan gas menjadi pemicu defisit perdagangan Indonesia. Pada Agustus, nilai ekspor tercatat US$ 14,48 miliar, sedangkan impornya US$ 14,79 miliar. (Baca: Tiga Komoditas Penyokong Ekspor)
Namun, tutur Suryamin, pada Agustus terjadi surplus volume perdagangan di sektor migas sebesar 31,8 juta ton. Ekspor mencapai 43,47 juta ton, sedangkan impor berada di level 11,67 juta ton. Untuk sektor non-migas, tutur dia, hanya terjadi satu kali defisit sepanjang 2014. "Non-migas selalu surplus," ujarnya. (Baca: Anggaran Dipangkas, Pemerintah Harus Genjot Ekspor)
MAYA NAWANGWULAN
Berita Terpopuler
Soal Revisi UU KPK, Bos KPK Serang Koalisi Prabowo
PAN: Jika Terbitkan Perpu, SBY Keblinger
SBY Siapkan Perpu Batalkan UU Pilkada
Begini Kemesraan Dua Terdakwa Pembunuh Ade Sara