Ekonomi Lesu, Rupiah Melemah

Reporter

Selasa, 2 September 2014 05:57 WIB

TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO , Jakarta - Surplus neraca perdagangan pada Juli 2014 ternyata tidak mampu mengerek nilai tukar rupiah. Dalam transaksi di pasar uang, Senin, 1 September 2014, rupiah melemah 26 poin (0,22 persen) ke level 11.716 per dolar Amerika Serikat.



Masih kuatnya posisi dolar AS di pasar global menjadi penghambat laju rupiah. Pengamat pasar uang, Albertus Christian, mengatakan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 123 juta gagal meningkatkan kepercayaan pasar terhadap ekonomi domestik. Selain selisih yang begitu tipis, angka tersebut lebih disebabkan oleh nilai ekspor dan impor yang melorot drastis. "Berkurangnya nilai perdagangan mengindikasikan ekonomi sedang lesu." (Baca: Ekspor Minyak Mentah Indonesia Lesu ).

BPS mencatat nilai ekspor pada Juli 2014 sebesar US$ 14,18 miliar atau berkurang 7,98 persen dibanding pada bulan sebelumnya. Sementara itu, angka impor Indonesia sepanjang Juli 2014 mencapai US$ 14,05 miliar atau turun 10,45 persen dibanding nilai impor pada Juni 2014. Artinya, permintaan barang dari dalam ataupun luar negeri menurun drastis. (Baca juga: Nilai Ekspor Juli 2014 Melorot 8 Persen ).

Indikasi lesunya perekonomian semakin dikuatkan oleh rilis data indeks manufaktur pada Agustus ini, yang turun ke level 49,5 dari 52,7 pada bulan sebelumnya. Level di bawah 50 menggambarkan aktivitas ekonomi yang mengalami kontraksi. "Pasar menilai fundamental ekonomi Indonesia masih di bawah ekspektasi," ujar Albertus. (Baca: Inflasi Agustus Capai 0,47 Persen ).

Dari sisi eksternal, posisi rupiah masih menghadapi tekanan dolar AS. Membaiknya data ekonomi negeri Abang Sam mendorong pelaku pasar menjauhi aset-aset dengan imbalan hasil tinggi dan memilih mencari aman. Perebutan likuiditas dolar akan semakin ketat setelah bank sentral AS memberi sinyal kenaikan nilai suku bunga pada 2015.

Albertus memperkirakan, hari ini, Selasa, 2 Septe, rupiah masih akan berada di angka 11.650-11.750 per dolar AS. Rupiah sulit keluar dari rentang tersebut kecuali ada perubahan signifikan dari sisi fundamental ekonomi domestik. "Dalam jangka pendek, arah pergerakan rupiah menanti data non-farm payroll AS dan rapat bank sentral Eropa pada akhir pekan ini," ucap dia.

M. AZHAR

Berita Terpopuler
Curhat Jokowi: Dari Sinting, Ihram dan Prabowo

Manfaat Caci Maki Florence 'Ratu SPBU'
Ronaldinho Segera Main di ISL
Ibas Bantah Terima Uang dari Nazaruddin

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

4 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

6 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

7 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

7 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

7 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

8 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

8 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

8 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya