Karyawan Bank memerlihatkan uang Rupiah Kertas Pecahan Rp. 100.000 Tahun Emisi 2014 dengan frasa Negara Kesatuan Republik Indonesia (kanan) di Makassar, 18 Agustus 2014. TEMPO/Fahmi Ali
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah dan mayoritas kurs regional bergerak positif terhadap dolar sebagai respons atas koreksi tajam yang terjadi pada harga minyak dunia. Ekspektasi akan perbaikan neraca perdagangan negara-negara berkembang membuat aset-aset emerging markets kembali memancarkan daya tarik.
Ekonom PT Samuel Asset Management, Rangga Cipta, mengatakan kurs regional, termasuk rupiah, masih diuntungkan oleh meredanya ketegangan di Ukraina. Faktor utama yang membuat permintaan dolar untuk kebutuhan safe haven berkurang dan harga minyak dunia turun ke level US$ 101,80 per barel tersebut mendorong investor kembali beralih pada portofolio keuangan yang lebih berisiko. “Secara tidak langsung, penguatan rupiah memang dibantu koreksi tajam harga minyak dunia,” katanya.
Menurut Rangga, laju dolar juga masih tertekan spekulasi kelanjutan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Klaim data pengangguran mingguan pekan lalu, yang meningkat menjadi 311 ribu orang, membuat mayoritas kalangan percaya bahwa kebijakan suku bunga rendah masih akan tetap dipertahankan dalam waktu lama.
Hingga penutupan pasar mata uang, dolar melemah terhadap kurs regional. Rupiah terangkat 7,5 poin (0,06 persen) ke level 11.679 per dolar. Won naik tipis 0,04 persen ke level 1.017,4 per dolar, sementara yuan merangkak 0,03 persen menjadi 6,1417 per dolar.
Rupiah Melemah ke Level Rp 15.571 per Dolar AS, Menko Airlangga Ungkap Penyebabnya
3 Oktober 2023
Rupiah Melemah ke Level Rp 15.571 per Dolar AS, Menko Airlangga Ungkap Penyebabnya
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini diakibatkan semakin menguatnya perekonomian negara Paman Sam tersebut.