Mahal, 500 Pedagang Warteg Tinggalkan Jakarta  

Reporter

Editor

Irfan Budiman

Rabu, 6 Agustus 2014 03:39 WIB

Penjual warung nasi atau warung tegal (warteg) melayani pembeli di Kawasan Palmerah, Jakarta, Selasa (8/10). ANTARA/Dhoni Setiawan

TEMPO.CO , Tegal -- Terus merangkak naiknya tarif sewa warung serta mahalnya harga bahan kebutuhan pokok di Jakarta membuat sebagian pedagang warung nasi ala Tegal (warteg) enggan kembali ke Daerah Khusus Ibu Kota setelah mudik Lebaran.

“Tarif sewa satu warung di Jakarta bisa mencapai Rp 25 juta sampai Rp 30 juta per tahun,” kata penasehat Pusat Koperasi Warung Tegal (Puskowarteg), Harun Abdi Manaf, kepada Tempo pada Selasa, 5 Agustus 2014.

Jika ingin meneruskan usahanya di Jakarta, Harun mengatakan tiap satu pedagang warteg harus memiliki modal minimal Rp 100 juta. Sebab, warung-warung di Jakarta disewakan minimal selama tiga tahun.

“Belum lagi ditambah dengan tingginya gaji pelayan di Jakarta,” ujar Harun. Untuk pelayan pemula, yang tugasnya hanya meladeni pesanan pembeli, gajinya sekitar Rp 750.000 per bulan. Sedangkan pelayan senior yang bisa memasak gajinya Rp 1,5 juta per bulan.

Tiap satu warteg di Jakarta rata-rata mempekerjakan delapan hingga sepuluh pelayan. Dengan pendapatan kotor sekitar Rp 3 juta per hari, pedagang warteg hanya mengantongi laba kecil setelah dipotong modal belanja, gaji pelayan, dan sewa warung.

Walhasil, sebagian pedagang warteg dari Jakarta yang telah pulang ke kampung halamannya di Kota dan Kabupaten Tegal kini mulai melirik sejumlah kota besar selain Jakarta untuk memulai usahanya dari awal.

Menurut Harun, sementara sudah ada tiga kota besar yang menjadi sasaran para pedagang warteg pindahan dari Jakarta, yaitu Bandung, Semarang, dan Jogja. “Di Bandung dan Semarang, masing-masing ada sekitar 200 pedagang pindahan,” kata Harun.

Meski tarif sewa warung di Bandung dan Semarang juga terbilang tinggi, sekitar Rp 20 juta per tahun, tapi bisa disewa minimal satu tahun. Harga bahan kebutuhan pokok di dua kota besar itu ditaksir lebih murah 40 persen dibandingkan dengan harga di Jakarta.

“Di Jogja lebih murah lagi. Tarif sewa warungnya hanya berkisar Rp 5 juta per tahun,” ujar Harun. Namun, baru sekitar 100 pedagang warteg yang melirik Jogja. Sebab, mereka harus bersaing ketat dengan para pedagang warung burjo asal Kuningan, Jawa Barat.

“Di Jogja harus pasang harga mahasiswa,” kata Krisyanto, 34 tahun, pedagang martabak asal Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Empat tahun berdagang martabak di Kabupaten Bantul, Krisyanto berniat mengajak dua saudaranya untuk merintis usaha warteg di Jogja.

Di Kota Tegal, Krisyanto berujar, harga nasi sayur dengan lauk telur goreng dan teh manis berkisar Rp 12.000. “Kalau di Jogja bisa dibilang mahal. Sebab, makan kenyang di warung burjo (bubur kacang hijau) paling banter hanya Rp 10.000,” kata ayah satu anak itu.

DINDA LEO LISTY


Berita terkait

Sambut Hari Kartini, BCA Sediakan Kredit UMKM Perempuan Berbunga Rendah

14 hari lalu

Sambut Hari Kartini, BCA Sediakan Kredit UMKM Perempuan Berbunga Rendah

BCA menghadirkan program Kredit Multiguna Usaha khusus bagi perempuan pengusaha ataupun usaha yang memiliki mayoritas karyawan perempuan.

Baca Selengkapnya

Kredit Korporasi dan Komersial Kerek Aset Bank Mandiri, Terbesar Se-Indonesia

1 Februari 2024

Kredit Korporasi dan Komersial Kerek Aset Bank Mandiri, Terbesar Se-Indonesia

Aset Bank Mandiri pada 2023 mencapai Rp 2.174 triliun. Ditopang oleh pertumbuhan kredit korporasi dan komersial.

Baca Selengkapnya

Ekspor UMKM Masih Tertinggal Negara Tetangga, Jokowi: PR Buat Kita

7 Desember 2023

Ekspor UMKM Masih Tertinggal Negara Tetangga, Jokowi: PR Buat Kita

Saat ini posisi ekspor UMKM Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga. Apa kata Jokowi?

Baca Selengkapnya

Per September 2023, BNI Kucurkan Pembiayaan Rp 118,3 T ke 1,61 Juta UMKM

7 Desember 2023

Per September 2023, BNI Kucurkan Pembiayaan Rp 118,3 T ke 1,61 Juta UMKM

BNI mencatat telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp118,3 triliun untuk lebih dari 1,61 Juta UMKM per September 2023.

Baca Selengkapnya

Jenis Kredit Berdasarkan Tujuan dan Kegunaannya

11 Oktober 2023

Jenis Kredit Berdasarkan Tujuan dan Kegunaannya

Untuk memahami lebih lanjut mengenai kategori dan pengelompokan jenis kredit yang ditawarkan oleh bank, berikut ini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Mitigasi Dampak El Nino, Pemerintah Percepat Realisasi Kredit Usaha Alsintan

8 Oktober 2023

Mitigasi Dampak El Nino, Pemerintah Percepat Realisasi Kredit Usaha Alsintan

Dalam rangka memitigasi risiko dampak El Nino, pemerintah akan mempercepat realisasi Kredit Usaha Alsintan atau KUA.

Baca Selengkapnya

Bidik Kredit Perbankan ke UMKM 30 Persen pada 2024, Berikut Strategi Kemenkop UKM

27 September 2023

Bidik Kredit Perbankan ke UMKM 30 Persen pada 2024, Berikut Strategi Kemenkop UKM

KemenKop UKM menargetkan rasio kredit perbankan untuk pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Indonesia meningkat jadi 30 persen pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Aturan Subsidi Diperluas, Aismoli Optimistis 200 Ribu Motor Listrik Bisa Terjual

13 Agustus 2023

Aturan Subsidi Diperluas, Aismoli Optimistis 200 Ribu Motor Listrik Bisa Terjual

Aismoli optimistis 200 ribu motor listrik bisa terjual dengan perluasan aturan subsidi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Semua Kredit Baru Triwulan II 2023 Terindikasi Meningkat Kecuali Kredit Investasi

20 Juli 2023

Bank Indonesia: Semua Kredit Baru Triwulan II 2023 Terindikasi Meningkat Kecuali Kredit Investasi

Survei Perbankan Bank Indonesia (BI) mengindikasikan penyaluran kredit baru pada triwulan II-2023 meningkat.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia Catat Pertumbuhan Kredit UMKM Ditopang dari Segmen Mikro

25 Desember 2022

Bank Indonesia Catat Pertumbuhan Kredit UMKM Ditopang dari Segmen Mikro

Rasio kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) perbankan mencapai 20,3 persen per November 2022.

Baca Selengkapnya