Meja maskapai Malaysian airlines ditutup di bandara Schiphol, Amsterdam, 17 Juli 2014. AP/Phil Nijhuis
TEMPO.CO, Jakarta - Jatuhnya pesawat MH17 karena ditembak rudal di Ukraina, perbatasan Rusia, menambah preseden buruk bagi keuangan maskapai Malaysia Airlines. Dalam semester pertama, telah terjadi dua kecelakaan pesawat besar yang menewaskan ratusan penumpangnya.
Kecelakaan ini menambah panjang daftar pertanyaan tentang keberlanjutan bisnis perusahaan setelah kerugian besar pasca-kecelakaan MH370 di Samudra Indonesia. Pada kuartal pertama tahun ini, Malaysia Airlines dilaporkan merugi sekitar 443 juta ringgit, atau setara Rp 1,62 triliun. (Baca: Serang Rusia, Ukraina Rilis Foto Bayi Korban MH17)
Tahun lalu, Quartz mencatat keuangan Malaysia Airlines merugi US$ 359 juta atau sekitar Rp 4,3 triliun, dan berturut-turut menerima rapor merah dalam lima kuartal. Mereka dinilai gagal dalam strategi menurunkan harga tiket penerbangan. Sentimen negatif ini tak hanya membawa dampak buruk bagi Malaysia Airlines saja, tetapi bagi maskapai berbiaya hemat lainnya. "MH370 memperburuk situasi yang sudah sulit dan membuat Malaysia Airlines untuk bangkit tanpa perubahan besar," kata analis dari maskapai CAPA pada Mei lalu. (Baca: Investigator Belum Bisa Masuk Lokasi Jatuhnya MH17)
Tak sampai di situ, ini juga menjadi peringatan bagi pemerintah Malaysia karena 69 persen saham maskapai ini adalah milik pemerintah melalui Khazanah Nasional. Banyak investor dan pejabat pemerintah yang mulai mencabut investasi, bahkan sebelum terjadinya dua kecelakaan ini. (Baca juga: Milisi Diduga Incar Pesawat Putin, Bukan MH17)
Setelah tragedi MH370, tak terhitung berapa banyak penumpang yang enggan memilih Malaysia Airlines. Padahal, tahun ini Malaysia Airlines sedang berjuang untuk bangkit setelah keuangannya sempat terpuruk tahun lalu. (Baca: Nenek PM Malaysia Najib Razak Jadi Korban MH17)
Bahkan, akibat tragedi terakhir di Ukraina, Malaysia Airlines mengimbau penumpang untuk menunda atau membatalkan pemesanan tiket. Sebagai konsekuensinya, maskapai ini juga menawarkan pengembalian 100 persen harga tiket, termasuk untuk tiket yang sebenarnya tidak bisa dikembalikan.