Pasar Obligasi Diprediksi Kembali Terpuruk  

Reporter

Senin, 23 Juni 2014 06:33 WIB

Refleksi karyawan memantau pergerakan pasar uang dan obligasi di Global Market Permata Bank, Jakarta, Selasa (10/1). ANTARA/Rosa Panggabean

TEMPO.CO, Jakarta -- Kepala Riset PT Trust Securities Reza Priyambada memperkirakan pergerakan pasar obligasi untuk pekan ini tidak akan jauh berbeda dari pekan sebelumnya.

"Ini tidak terlalu berbeda, apalagi pergerakan rupiah belum ada tanda-tanda rebound akibat masih adanya kekhawatiran terhadap lonjakan harga minyak mentah dunia," ujarnya pada Tempo, Ahad, 22 Juni 2014. (Baca: Pasar Saham Stagnan, Obligasi Jadi Pilihan)

Dia mengatakan pelaku pasar saat ini masih mengamankan posisi. Mereka masih mencermati perubahan sentimen yang ada, terutama dari sisi sentimen politik, terhadap pergerakan laju pasar obligasi.

Pekan lalu, laju pasar obligasi mengalami kelesuan. Pemerintah dinilai tidak terlalu massif memenangkan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara. Tingkat bunga yang tinggi menjadi faktor utama yang bisa menekan penerbitan pada lelang tersebut.

"Pemerintah tidak banyak melakukan penyerapan karena pelaku pasar saat ini lebih menginginkan yield (tingkat bunga) yang lebih tinggi sehingga pemerintah pun tidak banyak memenuhi permintaan tersebut," ujarnya. (Baca: Pasar Obligasi Asia Tumbuh 12,2 Persen)

Hal tersebut dapat dilihat dari suasana lelang yang cenderung tidak seramai biasanya. Pada lelang kemarin, pemerintah menawarkan tiga seri sukuk negara, yakni dua seri lama PBS005 dengan tenor 29 tahun dan PBS006 yang bertenor 6 tahun.

Tingkat bunga (yield) masing-masing berkisar antara 9,09-9,75 persen dan 8,18-8,75 persen. Total penawaran yang masuk pada kedua seri tersebut sejumlah Rp 916 miliar. Akan tetapi, pemerintah tidak memenangkan satu seri pun dari PBS005 maupun PBS006.

Seri dengan tenor pendek, SPN-S 04122014, mendapat total penawaran terbanyak hingga mencapai Rp 1,8 triliun, dengan tingkat yield yang diminta sebesar 5,90-6,75 persen. Seri tersebut merupakan satu-satunya yang dimenangkan pemerintah dengan harga Rp 185 miliar.

Hasil lelang tersebut mendapat total penawaran sebesar Rp 2,71 triliun atau setara hampir dua kali lipat dari target indikatif pemerintah yang sebesar Rp 1,5 triliun dengan hasil lelang SBSN yang dimenangkan hanya sebesar Rp 185 miliar.

Jumlah ini lebih rendah dari lelang SBSN sebelumnya dengan total penawaran yang masuk lebih tinggi sebesar Rp4,22 triliun bertarget indikatif yang sama dan dimenangkan hanya Rp 890 miliar.

AYU WANDARI





Berita Lain
Timnas Senior Menang 4-0 Atas Timnas Pakistan

Tanpa Jokowi, Ahok: HUT DKI Bak Es Krim tanpa Roti

Redenominasi Rupiah Dinilai Tak Bisa Dilakukan pada 2014







Berita terkait

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

31 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

3 Februari 2024

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate

Baca Selengkapnya

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

24 Januari 2024

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.

Baca Selengkapnya

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

9 Januari 2024

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

29 Desember 2023

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.

Baca Selengkapnya

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.

Baca Selengkapnya

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

14 Desember 2023

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

30 November 2023

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.

Baca Selengkapnya

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

30 November 2023

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.

Baca Selengkapnya

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

28 November 2023

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya