Gambar uang kertas pecahan baru dua ribu rupiah, di Jakarta, Jumat (10/07). Perum Percetakan Uang Republik Indonesia pada 20 Juli akan menyerahkan uang kertas pecahan dua ribu rupiah ke Bank Indonesia sebesar lima ratus juta Bilyet. Foto : TEMPO/Imam
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat kebijakan ekonomi dari Perkumpulan Prakarsa, Wiko Saputra, menilai kehadiran uang NKRI baru tidak memberi dampak pada perekonomian. "Tidak akan signifikan," katanya kepada Tempo, Sabtu, 21 Juni 2014.
Untuk melihat dampak ekonomi, perlu dilihat tujuan Bank Indonesia mencetak uang baru. Menurut Wiko, ada beberapa tujuan pencetakan uang baru, di antaranya untuk mengantisipasi tingginya permintaan menjelang pemilu presiden, liburan sekolah, Ramadan dan Idul Fitri. Untuk momen tertentu seperti 17 Agustus, bank sentral hanya mengganti uang kartal. "Nomor serinya tetap, tapi mungkin desainnya baru sesuai momen kenegaraan," ucapnya.
Wiko mengatakan pencetakan uang baru biasanya untuk mengganti uang kartal yang tidak layak atau ada penarikan uang kartal maupun pergantian desain. Namun, ada juga mencetak uang baru dengan tujuan menambah uang beredar melalui penambahan seri uang, maka Bank Indonesia melakukan penyesuaian pasar. "Perhitungannya adalah skala ekonomi," ujarnya.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas menyatakan uang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baru akan diluncurkan pada 17 Agustus 2014 atau bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan RI. (Baca: Uang Baru NKRI Hanya Berubah Desain)
"Tanggal 17 Agustus, uang baru tersebut akan diperkenalkan dan sudah masuk di mesin anjungan tunai mandiri (ATM)," kata Ronald, seperti dikutip dari Antara, di Batam, Kamis, 19 Juni 2014. Dia mengatakan uang NKRI itu akan ditandatangani Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan, seperti yang diatur Undang-Undang Mata Uang. MARIA YUNIAR