Enam Kegagalan Pemerintah Pimpinan SBY di Mata Ekonom

Reporter

Editor

Muchamad Nafi

Rabu, 2 April 2014 20:55 WIB

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdialog dengan sejumlah nelayan saat berkunjung ke Kampung Nelayan Tanjung Pasir, Teluk Naga di Tangerang, Banten, Jumat (4/1). Dalam kunjungan tersebut, presiden memberikan perhatian soal infrastruktur penunjang, kesejahteraan masyarakat, pendidikan dan ketersediaan bahan bakar bagi nelayan. ANTARA/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, mengatakan setidaknya ada enam momentum ekonomi yang gagal dimanfaatkan oleh pemerintah pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono.

Pertama tentang kegagalan mempertahankan ketahanan pangan. Padahal, Indonesia merupakan negara agraris dengan jumlah perkerja di bidang pertanian mencapai 40 persen dari jumlah penduduk. Namun, pemerintah tak mampu memanfaatkannya. "Dalam ketahanan pangan, kita masih ada di urutan ke-70, kalah dengan India, Vietnam, bahkan Singapura," kata Enny, di Jakarta, Rabu, 2 April 2014.

Menurut dia, ketahanan pangan tidak akan tercapai apabila tidak ada upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian serta menghambat laju konversi lahan sawah subur.

Kedua, dari sisi energi, pemerintah pun dianggap gagal. Menurut Enny, berdasarkan penelitian berbagai lembaga, Indonesia mempunyai potensi energi selain bahan bakar minyak yang bisa digunakan sebagai alternatif, namun tak dimanfaatkan. Selain itu, subsidi yang diberikan oleh pemerintah juga dinilai terlalu banyak.

Kegagalan selanjutnya adalah pada pertumbuhan ekonomi. Pemerintah dituding tak berhasil mewujudkan pemerataan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang hanya dinikmati oleh segelintir pihak akhirnya menyebabkan ketimpangan kesejahteraan.

Pemerintah juga dinilai tak mampu memanfaatkan potensi usaha mikro, kecil, dan menengah. "Saat krisis 1998, sektor ini dielu-elukan karena mampu bertahan, tapi setelah itu diabaikan," kata dia.

Pengembangan infrastruktur pun dinilai minim prestasi. Bahkan, saat ini demi bantuan sosial, anggaran infrastruktur dipotong. Tudingan kegagalan terakhir adalah dalam hal pemerataan investasi. Pernyataan BPKM bahwa investasi meningkat 30 persen rupanya hanya berputar di pasar modal dan pasar uang. "Masalah investasi bisa mencontoh Cina. Mereka FDI-nya terbesar sehingga membuka kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah."

FAIZ NASHRILLAH

Berita Lain:
YLKI : Penumpang Lebih Tahu Kualitas Cengkareng
Pemerintah Seriusi Proyek Tanggul Raksasa
Industri Telekomunikasi Diminta Bersikap Etis
SBY Minta Masalah Bandara Ahmad Yani Segera Selesai
Pemerintah Akan Hapus Bea Masuk Kakao



Berita terkait

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

2 jam lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

10 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

13 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

15 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

18 hari lalu

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

Serangan balasan Iran terhadap Israel meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah. Ketegangan ini menambah beban baru bagi ekonomi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

45 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

46 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

46 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

47 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

47 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya