Petugas pemadam kebakaran menyemprot air untuk memadamkan api yang membakar hutan di Dumai, Riau, (4/3). Indonesia. Kebakaran htan menyebabkan asap menyelimuti beberapa kota di Riau dan Sumatera Barat. Oscar Siagian/Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) menolak disebut sebagai biang kebakaran lahan di Provinsi Riau. Sebab, tidak mungkin perusahaan itu membakar hutan yang notabene merupakan lahan investasi dan sumber pendapatan.
"Kami bukan lagi sadar untuk menjaga hutan, melainkan harus. Kalau tidak, kami tidak mungkin berinvestasi selama tiga rotasi ini (15 tahun)," kata Direktur Utama RAPP Kusnan Rahmin, Senin, 24 Maret 2014.
Kusnan mengatakan pembukaan lahan untuk penanaman hutan dengan cara membakar bukanlah tipe perusahaan yang dipimpinnya. Sebab, kebakaran hutan bukan hanya masalah Riau, melainkan juga global. "Praktek penanaman di Riau, jika tidak memenuhi standar perlindungan lingkungan, bukan hanya diprotes warga Riau, tapi juga dunia. Kami dianggap melakukan deforestasi," ujarnya.
Lagi pula, menurut dia, jika hari ini perusahaan tak mengelola konsesi hutan dengan benar, dipastikan lahan sudah tak bisa digunakan. "Kalau sembarangan buka lahan, dipastikan dalam satu rotasi tanah rusak. Itu pasti. RAPP rugi," ujarnya.
Kusnan mengatakan kayu sebagai bahan baku menjadi faktor utama untuk menggerakkan perekonomian perusahaan. "Bahan baku kayu paling utama untuk kami. Kalau sampai rusak, kami merugi."