Tiga Kesalahan Hilirisasi Mineral Versi Bank Dunia  

Reporter

Selasa, 18 Maret 2014 16:51 WIB

Seorang pekerja saat mengolah nikel di smelter atau peleburan nikel PT Vale Tbk, dekat Sorowako, Sulawesi (8/1). Kebijakan larangan Indonesia terhadap ekspor bijih mineral utama mempengaruhi keefektivitasan untuk berinvestasi di peleburan bahan tambang. REUTERS/Yusuf Ahmad

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia memberikan sinyal yang menyatakan larangan ekspor mineral mentah yang diterapkan sejak 2014 bakal menjadi bumerang bagi Indonesia. Alih-alih menerima keuntungan dari proses hilirisasi mineral, Indonesia diperkirakan akan menderita kerugian. (Baca: Pemerintah Konsisten Larang Ekspor Mineral Mentah).

Dalam paparan Indonesia Economic Quarterly di Intercontinental Hotel Jakarta, Selasa, 18 Maret 2014, Ekonom Utama Perwakilan Bank Dunia di Jakarta, Jim Brumby, mengatakan ada tiga aspek dalam larangan ekspor mineral yang bakal menjadi bumerang bagi Indonesia. (Baca: Wamen ESDM: Freeport Mau Tutup Tambang? Silakan!).

Kesalahan pertama adalah asumsi bahwa pelarangan ekspor mineral mentah akan merangsang munculnya investasi baru dalam bentuk pembangunan smelter atau fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral. (Baca: Kisruh Ekspor Mineral, Asosiasi Ajukan Uji Materi).

Brumby mengatakan kebenaran asumsi ini bergantung pada pangsa Indonesia secara global dalam produksi bijih mineral. Jika infrastruktur pendukung smelter tidak layak, akan ada tekanan untuk meminta subsidi pemerintah. Bank Dunia mengatakan sejumlah pengusaha mineral kini meminta bantuan finansial dari pemerintah untuk membangun smelter. Hal ini menjadi beban baru bagi pemerintah. (Baca: Janji Bangun Smelter, Freeport Tak PHK Karyawan).

Kesalahan kedua adalah asumsi bahwa pembangunan smelter akan mendorong nilai tambah mineral yang diekspor. Pada kenyataannya, kata Brumby, pemrosesan mineral membutuhkan input yang bersifat intensif, terutama dalam bentuk energi listrik. "Sehingga nilai tambah yang sesungguhnya jauh di bawah selisih harga pasar bijih logam dengan mineral yang sudah diproses," katanya.

Kesalahan ketiga adalah asumsi bahwa larangan ekspor mineral mentah bisa memberikan kekuatan pada Indonesia untuk mengendalikan harga. Dengan kekuatan ini, pemerintah membidik pendapatan pajak dan royalti yang lebih tinggi. Namun, kata Brumby, selain untuk nikel, Indonesia tidak memiliki kekuatan di pasar global untuk mengendalikan harga mineral. Walhasil, asumsi tadi bakal menjadi bumerang. (Baca: Pemerintah Pesimistis Ekspor 2014 Membaik).

Brumby mengatakan larangan ekspor mineral akan mengganggu neraca perdagangan Indonesia. Bank Dunia menaksir Indonesia kehilangan pendapatan US$ 12,5 miliar akibat kebijakan tersebut pada 2014. Selain itu, kata Brumby, ada gangguan dalam penerimaan fiskal yang berasal dari royalti, pajak ekspor, serta pajak penghasilan badan sebesar US$ 6,5 miliar dalam tiga tahun mulai 2014.

MARIA YUNIAR

Berita Terpopuler
Inikah 'Pilot Bayangan' dalam Penerbangan MH370?
Mengapa Sinyal Darurat Malaysia Airlines Tak Aktif
Anggun dan Andien di Pernikahan Anak Sekretaris MA
Kopilot MH370 Berencana Nikahi Pilot AirAsia







Berita terkait

5 Negara dengan Tingkat Urbanisasi Paling Tinggi di Asia, Indonesia Termasuk?

11 jam lalu

5 Negara dengan Tingkat Urbanisasi Paling Tinggi di Asia, Indonesia Termasuk?

Urbanisasi menjadi penentu zaman ketika lebih dari separuh populasi dunia kini tinggal di perkotaan.

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

11 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

17 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

PBB-Bank Dunia: Kerusakan Infrastruktur Gaza Diperkirakan Mencapai Rp 294 T

36 hari lalu

PBB-Bank Dunia: Kerusakan Infrastruktur Gaza Diperkirakan Mencapai Rp 294 T

Penilaian awal ini kemungkinan besar merupakan perkiraan yang terlalu rendah terhadap kerusakan, kerugian, dan kebutuhan nyata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Ukraina Bakal Bangkrut Jika Negara-negara Barat Tak Hapus Utang

38 hari lalu

Ukraina Bakal Bangkrut Jika Negara-negara Barat Tak Hapus Utang

Sumber di Bank Dunia memperingatkan Ukraina bisa terperosok dalam utang jika negara-negara Barat tak hapus atau restrukturisasi utang

Baca Selengkapnya

1 April Hari Bank Dunia: Begini Sejarah dan Tugasnya, Sri Mulyani Pernah Jadi Direktur World Bank

38 hari lalu

1 April Hari Bank Dunia: Begini Sejarah dan Tugasnya, Sri Mulyani Pernah Jadi Direktur World Bank

Hari Bank Dunia atau World Bank Day diperingati setiap 1 April. Hal ini karena pada tanggal tersebut, organisasi bank dunia atau World Bank didirikan

Baca Selengkapnya

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

45 hari lalu

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

Sri Mulyani bercerita pertemuan dia dengan Susi Pudjiastuti yang membujuknya pulang ke Indonesia menjadi Menteri Keuangan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Izin Pertambangan Asing

57 hari lalu

Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Izin Pertambangan Asing

PT Freeport Indonesia sudah mendapat restu dari Presiden Jokowi saat bertemu dengan Chairman and Chief Executive Officer Freeport pada November 2023.

Baca Selengkapnya

Makan Siang Gratis Prabowo Dibahas oleh Pemerintah Jokowi, TPN Ganjar-Mahfud: Anomali

3 Maret 2024

Makan Siang Gratis Prabowo Dibahas oleh Pemerintah Jokowi, TPN Ganjar-Mahfud: Anomali

Deputi Inklusi TPN Ganjar-Mahfud mengkritik program makan siang gratis yang diusung oleh Prabowo-Gibran yang dibahas pemerintah Jokowi saat ini.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Komentar Bank Dunia soal Program Makan Siang Gratis, BRI Bagi Dividen Rp 48 T

3 Maret 2024

Terpopuler Bisnis: Komentar Bank Dunia soal Program Makan Siang Gratis, BRI Bagi Dividen Rp 48 T

Bank Dunia mengomentari program usungan Prabowo Subianto, yaitu makan siang gratis. Bank BRI akan membagikan dividen Rp 48 T.

Baca Selengkapnya