TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014. "Kami merevisi ke bawah, dari 5,8 persen menjadi 5,7 persen," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, Jumat, 15 Maret 2014.
Perry menjelaskan, ada tiga faktor yang mempengaruhi revisi tersebut. Pertama, kecenderungan pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya mitra dagang Indonesia, termasuk Cina, yang tidak sekuat perkiraan. "Ini berdampak pada permintaan terhadap komoditas ekspor," ujarnya. (baca:Pemilu Sumbang Pertumbuhan Ekonomi 0,1 Persen)
Kedua, belum ada tanda perbaikan harga komoditas. Perry menyebutkan sebelumnya harga komoditas diperkirakan membaik tahun ini. Ketiga, konsumsi masyarakat ternyata tidak sekuat yang diperkirakan. "Antara lain, bahwa pengaruh pemilu diperkirakan tidak sebesar yang terdahulu," kata Perry.
Bank Indonesia menyatakan pemulihan ekonomi dunia masih berlanjut. "Namun dengan akselerasi yang tidak sekuat perkiraan sebelumnya," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara.
Dia menjelaskan, pemulihan terutama ditopang oleh perbaikan ekonomi negara maju, dengan masih berlanjutnya stimulus moneter serta penurunan hambatan fiskal. Adapun pertumbuhan ekonomi Cina belum kembali meningkat menyusul kebijakan reballancing.
"Perkembangan ini pada gilirannya menyebabkan kenaikan harga komoditas primer dunia masih terbatas," ujarnya.
MARIA YUNIAR
Terpopuler
SBY Saksikan Pembangunan Pipa Gas di Semarang
SBY Jengkel Dengar Banyak Makelar Sapi
KPPU Akan Panggil MNC dan Viva Group
BI Perkirakan Neraca Perdagangan Kembali Surplus
BI Rate Dipertahankan 7,5 Persen
Berita terkait
Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia
12 jam lalu
Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.
Baca SelengkapnyaMenlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia
17 jam lalu
Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.
Baca SelengkapnyaLPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen
1 hari lalu
Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.
Baca SelengkapnyaTak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah
1 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca Selengkapnya17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?
1 hari lalu
Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.
Baca SelengkapnyaBos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya
1 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?
1 hari lalu
Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.
Baca SelengkapnyaInflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya
1 hari lalu
BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.
Baca SelengkapnyaEkonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat
3 hari lalu
Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.
Baca SelengkapnyaMeski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit
4 hari lalu
PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.
Baca Selengkapnya