TEMPO.CO, Jakarta - Perum Perhutani pada 2013 membukukan laba bersih sebesar Rp 204 miliar. Perolehan tersebut 3,5 persen lebih besar dari target yang ditetapkan. "Ini merupakan rekor laba tertinggi, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," kata Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto, di Jakarta, Rabu, 5 Maret 2014.
Ia memaparkan, pada 2012 misalnya, perusahaan hanya membukukan laba Rp 197 miliar. Sedangkan pada 2011 dan 2010 tercatat masing-masing Rp 148 miliar dan Rp 156 miliar. (Baca juga : Perhutani Siapkan Lahan Relokasi Longsor Jombang)
Bambang menjelaskan pendapatan Perhutani pada 2013 sebesar Rp 3,95 triliun dengan realisasi biaya Rp 3,75 triliun. Pendapatan diperoleh dari kelompok usaha kayu 48 persen dan non kayu 52 persen. Pendapatan non kayu terdiri dari air, getah, serta wisata. Penyumbang pendapatan terbesar adalah penjualan luar negeri industri non-kayu Rp 1,34 triliun.
Depresiasi rupiah menurut Bambang justru mendongkrak pendapatan Perhutani. "Kami ekspor, kebanyakan ke Eropa dan Jepang. Apalagi jenis getah pinus kami termasuk unik dan diminati." Adapun pendapatan dari dalam negeri hasil hutan lain sebesar Rp 617 miliar sedangkan dari kayu tebangan Rp 1,607 triliun. (Lihat juga : Wonosobo Uji Coba Tanam Bunga Tulip di Dieng)
Bambang menambahkan, rata-rata pertumbuhan pendapatan Perhutani sebesar 12 persen. Pertumbuhan pendapatan tahun 2012 dan 2013 lebih rendah karena harga produk non-kayu seperti getah pinus atau gondorukem dan terpentin turun. Faktor cuaca juga menyebabkan jumlah tebangan Perhutani menurun.
Dari segi biaya, rata-rata pertumbuhan tahun 2013 sebesar 12 persen, turun dari tahun sebelumnya. Karena perusahaan melakukan kebijakan efisiensi pengendalian biaya. (Berita lain : Pencuri Simpan Kayu Jati Perhutani di 2 Gudang Ini)
Pada 2014, Perhutani menargetkan pendapatan Rp 4,6 triliun dan laba Rp 287 miliar atau 140 persen dari pencapaian 2013. Lima tahun terakhir, sumber pendapatan perusahaan bergeser dari usaha kayu ke non kayu, dengan rasio 48:52 persen. "Tahun ini ditargetkan kayu 45 persen, sedangkan non-kayu 55 persen. Pendapatan dari non-kayu akan terus ditingkatkan."
FAIZ NASHRILLAH
Terpopuler :
Bos Djarum Pertahankan Gelar Terkaya
Pssst... Bakal Ada Pesaing Investasi Foxconn
Aset MIliarder Indonesia Setara 4,3 Persen PDB
Program Asuransi Pertanian Efektif 2015
Berita terkait
BRI Optimis Tumbuh Lebih Baik di Tahun 2024
5 Februari 2024
BRI menerapkan secara konsisten strategi just right liquidity
Baca SelengkapnyaDirektur Utama BRI Optimis Kinerja Positif
22 Mei 2023
Perseroan optimis pada tahun ini dapat mencatatkan kinerja lebih baik
Baca SelengkapnyaInovasi BNI agar Kinerja Melesat di 2023
16 Maret 2023
BNI menjalankan sejumlah inovasi untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi nasabah.
Baca SelengkapnyaTujuh Strategi Transformasi BNI di Tahun 2023
12 Februari 2023
Berpedoman kepada tujuh kebijakan strategis, BNI optimistis akan mencetak kinerja yang lebih baik di tahun 2023.
Baca SelengkapnyaEmang Paling Digital, Bank Mandiri Torehkan Kinerja Apik di 2022
6 Februari 2023
Sepanjang 2022, Bank Mandiri telah secara aktif menggarap segmen digital banking untuk mendukung transformasi digital
Baca SelengkapnyaProduksi Komoditas Antam Terjaga Stabil sepanjang 2022
6 Februari 2023
Seluruh lini produksi mulai dari feronikel, emas, hingga alumina tetap bertumbuh di tengah tantangan kondisi global.
Baca SelengkapnyaErick Thohir: Kinerja Apik Pelindo Berkat Kerja Keras Direksi, Komisaris, dan Seluruh Pegawai
22 Januari 2023
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut kinerja apik Pelindo merupakan kerja keras jajaran direksi, komisaris, dan seluruh pegawai Pelindo.
Baca SelengkapnyaPenerapan Wealth Management for All Tingkatkan Bisnis Nasabah Premium BRI
10 Januari 2023
Melalui kinerja Wealth Management yang progresif selama 2022, BRI juga berhasil mendapat sejumlah penghargaan.
Baca SelengkapnyaTunaikan Kinerja Cemerlang, BRI Bagikan Dividen Interim Rp.8,63 triliun
3 Januari 2023
BRI mampu menjaga pertumbuhan Kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang solid.
Baca SelengkapnyaKinerja Saham Bank Mandiri Menguat
13 Oktober 2022
Sempat anjlok hingga Rp 3.760 per lembar saham pada Mei, kini saham Bank Mandiri menguat jadi Rp 9.600.
Baca Selengkapnya