TEMPO.CO , Jakarta: Meningkatnya ketegangan politik yang terjadi di Ukraina membuat pergerakan dolar berbalik arah. Tingginya permintaan mata dolar sebagai alternatif investasi yang lebih aman (safe haven) bakal terus menekan nilai tukar rupiah.
Pada perdagangan Selasa, 4 Maret 2014, rupiah ditutup melemah 5 poin (0,04 persen) pada level 11.597,5. Sepanjang perdagangan, nilai tukar rupiah memang tampak bergerak sangat volatile. Rupiah, yang sempat menembus level 11.600-an, mendadak kembali ke level 11.597 setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan sebagian tentaranya meninggalkan Semenanjung Crimea, Ukraina. (Baca: Pelemahan Dolar Berakhir, Rupiah Kembali Loyo).
Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, menyatakan pergerakan rupiah dalam waktu dekat cukup sensitif dengan perkembangan krisis politik Ukraina. Pasalnya, dalam situasi kritis, posisi dolar sebagai investasi bernilai aman cenderung menyebabkan permintaannya meningkat. Tak ayal, potensi kekeringan likuiditas akan berdampak negatif pada nilai tukar rupiah. “Dolar akan terus bergerak konsolidatif,” tuturnya.
Meskipun demikian, nilai tukar rupiah tetap mendapat sentimen positif dari rendahnya angka inflasi pada Februari yang hanya 0,25 persen. Angka inflasi tersebut akhirnya membangun keyakinan bahwa tingkat konsumsi masyarakat masih sebanding dengan tingkat penawaran yang tersedia di dalam negeri. Maka tak lagi diperlukan impor berbagai produk. “Semakin rendah inflasi, semakin berharga mata uang tersebut,” Lukman menambahkan.
Pernyataan Gubernur Bank Indonesia yang berniat menaikkan kembali suku bunga acuan menambah sentimen positif laju rupiah. Namun hal itu tetap harus menunggu perkembangan situasi yang terjadi di Ukraina. Pada hari ini, Rabu 5 Maret 2014, rupiah diperkirakan bergerak volatile di level 11.550-11.650.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Calon Hakim Konstitusi Dikuliahi Pakar Tata Negara
Bunuh Diri Bersama, Anita Diduga Diteror
Tak Cukup Restu Mega, Ini Syarat Jokowi Nyapres..
Bagaimana Suami Anggota DPR ini Sekap Pegawai Resto?
Berita terkait
Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah
1 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca SelengkapnyaBos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya
1 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaInflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya
1 hari lalu
BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.
Baca SelengkapnyaEkonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat
3 hari lalu
Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.
Baca SelengkapnyaMeski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit
4 hari lalu
PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaBRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay
4 hari lalu
Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
5 hari lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaNilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD
5 hari lalu
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.
Baca SelengkapnyaKenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
5 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
5 hari lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca Selengkapnya