TEMPO.CO, Jakarta - Kembali menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) di pasar uang pagi ini menimbulkan kekhawatiran kembali melemahnya nilai tukar rupiah. Mata uang Negara Abang Sam kembali menguat terhadap sebagian besar pasar regional pagi ini. Pelemahan nilai tukar dolar yang telah cukup dalam sejak dua pekan terakhir membuat pelaku pasar mulai melakukan akumulasi portofolio dolar AS.
Hingga pukul 11.00 WIB, rupiah ditransaksikan melemah 0,51 persen ke level 11.845 per dolar AS. Mata uang dolar Singapura turun 0,21 persen, yen turun 0,53 persen, baht Thailand melemah 0,61 persen, yuan Cina melemah 0,01 persen dan rupee India turun 0,31 persen.
Pengamat pasar uang Lindawati Susanto mengatakan penguatan nilai tukar regional yang terlalu cepat memang menimbulkan kekhawatiran bahwa penguatan tersebut hanya temporer. Penguatan rupiah kemarin, selain didorong oleh membaiknya data ekonomi dalam negeri, juga dipengaruhi oleh pelemahan dolar di pasar global. "Saat dolarnya rebound, maka rupiah bakal kembali melemah."
Menurut Lindawati, penguatan tajam rupiah yang mencapai 200 basis poin dalam waktu singkat menunjukkan bahwa volatilitas rupiah masih tinggi. Padahal, penguatan yang baik adalah stabil dan bertahap.
Apresiasi nilai tukar yang terlalu tinggi bisa berbahaya jika tidak fundamentalnya tidak mendukung. "Investor harus mulai berhati-hati terhadap potensi pembalikan arah rupiah," kata Lindawati.