TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan pola musim hujan di Manado berbeda dengan pola musim hujan Jakarta. "Bencana banjir bandang di wilayah Manado disebabkan oleh kovergensi atau pertemuan angin di Sulawesi Utara," ujar Kepala BMKG, Andi Eka Sakya, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 17 Januari 2014. (Baca juga : Atasi Banjir, Manado Akan Normalisasi Sungai)
Penyebab tersebut diketahui setelah BMKG menganalisis hujan ekstrem yang mengakibatkan banjir bandang di Manado pada 15 Januari lalu. Andi menuturkan, curah hujan yang tercatat oleh beberapa stasiun pengamatan meteorologi adalah 87-215 milimeter per hari. (Baca juga : Korban Tewas Banjir Manado Capai 15 Orang)
Andi juga memaparkan prospek cuaca Indonesia untuk satu pekan ke depan. Ia menyebutkan, masih aktifnya angin baratan, atau monsun Asia, mengakibatkan adanya daerah pertemuan angin, atau Intertropical Convergence Zone (ITCZ), yang memanjang dari Sumatera Selatan, Jawa, sampai Nusa Tenggara. Selain itu, pantauan bibit badai tropis, atau pusat tekanan rendah, yang akan tumbuh di wilayah Indonesia bagian selatan membuat Indonesia berpeluang mengalami hujan merata.
Menurut prediksi BMKG, potensi hujan lebat akan berpusat di:
1. Sumatera Barat;
2. Sumatera Selatan;
3. Jawa Barat dan Jawa Tengah;
4. Jabodetabek;
5. Nusa Tenggara Timur.
Sementara itu, gelombang dengan tinggi di atas tiga meter berpeluang muncul di wilayah-wilayah perairan berikut ini:
1. Laut Jawa;
2. Selat Karimata;
3. Perairan Selat Jawa;
4. Laut Arafura;
5. Laut Banda.
MARIA YUNIAR
Terpopuler :
Sengketa TPI, Tutut Minta Hary Tanoe Taat Hukum
Laba Anjlok, Kinerja PDAM Tangerang Dievaluasi
BI: Penggunaan Bitcoin Melanggar Undang-undang
Nilai Ekspor Surakarta di 2013 Merosot
Mogok, Wewenang Kepanduan Pelindo II Bisa Dicabut
Lion Air Tak Campuri Politik Rusdi