TEMPO.CO, Jakarta - Rilis data perekonomian Cina yang cukup positif diperkirakan mendongkrak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Menurut analis dari Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia, Ibrahim, surplus neraca perdagangan dan pulihnya ekonomi Cina membangun persepsi positif bagi kondisi perekonomian negara-negara di kawasan Asia. “Perbaikan ekonomi Cina pun menjadi katalis yang menahan pelemahan rupiah,” kata dia kepada Tempo.
Namun, kata Ibrahim, neraca perdagangan Cina yang mengalami surplus US$ 33,8 miliar pada November 2013, menguatkan sinyalemen permintaan komoditas secara global terus membaik. Data perdagangan Cina mampu membangun ekspektasi kenaikan volume ekspor komoditas asal Indonesia. Akibatnya, rupiah bisa terkatrol.
Tetapi rencana pelaksanaan tapering off yang belum jelas memicu banyak spekulasi negatif sehingga melemahkan rupiah. Bertambahnya tenaga kerja Amerika di sektor non-pertanian hingga 203 ribu orang memicu spekulasi tapering off akan dilakukan pada akhir tahun ini.
Menurut Ibrahim, dalam jangka panjang paket kebijakan ekonomi jilid dua yang diluncurkan pemerintah bisa membuat nilai tukar rupiah membaik. Namun, kekhawatiran tinggi atas rencana tapering off mendorong pelaku pasar tidak percaya diri untuk mengakumulasi aset-asetnya dalam bentuk rupiah. Hari ini, Selasa, 10 Desember 2013, rupiah diprediksi bergerak dalam rentang level 11.845–11.990.