BI Tak Intervensi, Rupiah Melemah
Editor
Zacharias wuragil brasta k
Kamis, 21 November 2013 20:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi Kamis, 21 November 2013, karena tidak adanya intervensi dari Bank Indonesia. Meskipun begitu, Chatib menilai langkah bank sentral sudah tepat karena intervensi hanya akan membuat harga impor menjadi mahal.
Menurut Chatib, kebutuhan valuta asing memang biasa meningkat setiap akhir bulan seperti sekarang. Praktis, dia menambahkan, BI akan membiarkan saja kondisi pasar. "Jadi, kalau ada permintaan valas, ya, dia akan mengikuti saja. Jadi ada peningkatan tergantung pakai rate mana. Kalau Bloomberg Rp 11.700/US$, CNBC Rp 11.695/US$, BI lebih tinggi lagi Rp 11.711/US$," kata Chatib di kantor Kementerian Keuangan, Kamis, 21 November 2013.
Chatib mengatakan, depresiasi rupiah tersebut cukup signifikan untuk penurunan impor. Jika rupiah terdepresiasi hingga 15 persen, barang impor akan naik 15 persen dalam rupiah. "Jika untuk ekspor, naik, karena harganya lebih murah 15 persen. Tapi ekspor kita energy commodity related. Jadi, kalau harga komoditasnya turun, dia juga mengalami (penurunan)," kata Chatib.
Pengurangan impor, Chatib mengatakan, akan terjadi pada barang-barang mewah. Hal itu juga yang, menurut dia, membuat pemerintah menerapkan pajak penghasilan untuk barang konsumsi, bukan barang pokok. "Kalau makanan, walaupun harga impornya naik, kan, dia harus tetap beli," katanya.
Pada transaksi pasar uang hari ini, Kamis, 21 November 2013, rupiah kembali terdepresiasi 46 poin (0,39 persen) ke level 11.703 per dolar Amerika. Ini adalah level terparah rupiah sejak 30 September 2013. (Baca: Nilai Rupiah Terendah Sepanjang 2013)
ANGGA SUKMA WIJAYA
Terpopuler
Angelina Sondakh dan 'Rahasia' di Tangannya
Politikus Australia Mencibir SBY
Politikus Australia: Marty Mirip Bintang Porno
Hukuman Angelina Sondakh Diperberat, KPK Girang