Ekonomi Melambat, Impor Migas Tetap Tinggi

Reporter

Jumat, 8 November 2013 21:46 WIB

Ilustrasi Bahan Bakar Minyak Premium habis. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyoroti tingginya
impor minyak dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM), terutama Premium. Ia menilai kebijakan pengendalian konsumsi BBM perlu dievaluasi. "Pertumbuhan konsumsi Premium masih tinggi padahal di bulan Juni sudah dilakukan penyesuaian harga BBM. Itu menunjukkan bahwa dampak kenaikan harga BBM terhadap permintaan relatif tidak terlalu berdampak," kata Agus di Bank Indonesia, Jumat, 8 November 2013.

Bank Indonesia memprediksi defisit transaksi berjalan (ekspor-impor) pada triwulan III berkisaran 3,3-3,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada triwulan II, defisit transaksi berjalan menembus 4,4 persen dari PDB.

Ia menjelaskan, hingga triwulan III kinerja ekspor belum membaik, malah cenderung menurun. Oleh karena itu, impor utama migas harus diredam. "Kalau merespons sektor riil, harus diarahkan pada peningkatan ekspor dan pengelolaan BBM yang lebih baik," ucapnya.

Sejalan dengan Agus, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut impor migas sebagai penyebab defisit transaksi berjalan. "Defisit transaksi berjalan itu problemnya di migas. Kalau non-migasnya dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat impor non-migasnya sudah melambat," kata Perry.

Ia menjelaskan, pada satu sisi, impor migas tinggi, terutama impor minyak untuk kebutuhan BBM bersubsidi . Pada sisi lain, ekspor migas tak mampu mengimbangi karena persoalan lifting. Walhasil, terjadi defisit di transaksi migas.

Meski begitu, Perry optimistis defisit transaksi berjalan akan berada di bawah 4 persen dari PDB pada triwulan III. Namun, ia belum mau membuka angka pastinya. "Neraca Pembayaran akan kami rilis sehari setelah Rapat Dewan Gubernur," kata dia. Sesuai jadwal, rapat akan digelar Selasa pekan depan.

Ia membenarkan, perlambatan pertumbuhan PDB pada triwulan III akan berdampak pada jumlah persentase defisit transaksi berjalan. Namun ia meyakinkan persentasenya tetap di bawah 4 persen. "Pasti di bawah 4 persen," kata dia.

Nilai tukar rupiah juga diharapkan bisa membantu perbaikan transaksi berjalan. Kurs rupiah saat ini dinilai Perry bisa mendorong ekspor dan mengurangi impor. Mengacu pada kurs tengah BI, rupiah diperdagangkan di level Rp 11.404 pada perdagangan hari ini, melemah 15 poin dibanding kemarin.

Kondisi ekonomi saat ini, menurut Perry, sudah diperkirakan BI, termasuk soal defisit transaksi berjalan. Oleh sebab itu, BI berfokus pada upaya-upaya mendorong stabilisasi ekonomi. Salah satu upayanya, merelakan ekonomi tumbuh melambat. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi bakal berada di kisaran 5,7 persen tahun ini.

MARTHA THERTINA

Berita terkait

Pertamina: Kenaikan Harga BBM Jangan Dikaitkan dengan Aplikasi MyPertamina

4 September 2022

Pertamina: Kenaikan Harga BBM Jangan Dikaitkan dengan Aplikasi MyPertamina

Kenaikan harga BBM tak menyurutkan rencana perseroan membatasi penyaluran Pertalite dan Solar agar tepat sasaran.

Baca Selengkapnya

Puasa, Pertamina Tambah Stok BBM di Kalimantan

11 Mei 2017

Puasa, Pertamina Tambah Stok BBM di Kalimantan

Pertamina Balikpapan akan menambah kuota BBM selama puasa sebesar 7 persen.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Impor BBM Ditekan

5 Januari 2017

Jokowi Minta Impor BBM Ditekan

Presiden Joko Widodo mengingatkan separuh dari kebutuhan BBM dalam negeri dipenuhi dari impor.

Baca Selengkapnya

Pertamina dan AKR Jadi Penyalur BBM Tertentu 2017

25 November 2016

Pertamina dan AKR Jadi Penyalur BBM Tertentu 2017

Pemerintah menunjuk badan usaha penyalur bahan bakar minyak (BBM) tertentu dan penugasan 2017.

Baca Selengkapnya

Premium Belum Jadi Dihapus, Ini Sebabnya  

30 September 2016

Premium Belum Jadi Dihapus, Ini Sebabnya  

Pemerintah belum bisa mewujudkan rencana penghapusan bahan bakar minyak jenis Premium kendati masyarakat mulai beralih dari Premium.

Baca Selengkapnya

Libur Panjang, Konsumsi BBM Pertamina Naik 10 Persen

6 Mei 2016

Libur Panjang, Konsumsi BBM Pertamina Naik 10 Persen

Pertamina memproyeksikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi mengalami kenaikan sekitar 10 persen saat libur panjang.

Baca Selengkapnya

Kementerian ESDM: Premium di Jakarta Bisa Dihapus  

3 Februari 2016

Kementerian ESDM: Premium di Jakarta Bisa Dihapus  

Pemerintah akan melihat aspek untung-rugi menghapus Premium.

Baca Selengkapnya

Ini Beda Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Plus

25 Juni 2015

Ini Beda Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Plus

Pertalite sudah disetujui DPR untuk dipasarkan.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Lebaran, Pertamina Tambah Impor Premium  

16 Juni 2015

Antisipasi Lebaran, Pertamina Tambah Impor Premium  

Dalam kondisi normal, konsumsi Premium rata-rata 76.258 kiloliter per hari.

Baca Selengkapnya

Pertamina Klaim Pertalite Lebih Ramah Lingkungan  

22 April 2015

Pertamina Klaim Pertalite Lebih Ramah Lingkungan  

Emisi karbon Pertalite di bawah Premium.

Baca Selengkapnya