TEMPO Interaktif, Jakarta: Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sugiharto menolak mundur dari Kabinet Indonesia Bersatu. "Yang berhak meminta saya mundur adalah presiden, karena saya pembantu presiden," katanya kepada wartawan hari ini Jum'at (10/12) di Jakarta. Pernyataan itu di sampaikan Sugiharto menanggapi tuntutan dari beberapa kalangan yang meminta dirinya mundur, karena masuk dalam Daftar Orang Tercela, Bank Indonesia. Rizal Djalil anggota Komisi XI DPR RI dalam Rapat Kerja dengan Gubernur Bank Indonesia pada hari Rabu (8/12) menyebutkan, bahwa berdasarkan surat Gubernur Bank Indonesia bernomor 1/158/DWG/UpwBI/Rahasia, tertanggal 23 Juli 1999 menyebutkan bahwa mantan komisaris PT Bank Himpunan Saudara 1906 itu telah melakukan tiga bentuk pelanggaran.Pertama, Sugiharto menyetujui penyetoran modal sebesar Rp 10 miliar yang berasal dari konvensi modal pinjaman, yang dananya berasal dari fasilitas kredit yang diterima PT Semen Gombong. Kedua, memberikan kredit kepada pihak terkait (PT. Semen Gombong) melalui 11 perusahaan pembiayaan untuk menghindari batas pemberian kredit yang telah dikategorikan sebagai macet. Ketiga, melakukan penyimpangan ketentuan internal mengenai kewenangan memutuskan dalam pemberian kredit. Tiga kesalahan fatal itulah yang membuat BI mengirimkan kartu merah kepada Sugiharto. "Tidak pantas BUMN yang beraset triliunan rupiah dipimpin orang yang tidak kredibel," kata Rizal.Sugiharto mengaku tidak pernah membuat kesalahan selama dirinya menjadi komisaris Bank Himpunan Saudara. "Saya justru yang membesarkan bank itu seperti sekarang ini, sehat wal afiat. Silahkan lihat dimanapun, apakah bank itu termasuk yang di BTO-kan (Bank Take Over)," katanya. Baginya, ia justru telah menorehkan sejarah dengan membesarkan Bank Himpunan Saudara menjadi bank sehat seperti saat ini. Sehingga penilaian bahwa dirinya tidak kredibel adalah tidak benar. Bank tersebut, kata dia, tidak pernah mengalami kredit macet yang mengakibatkan negara harus melakukan bail-out. Ia juga membantah kalau bank ini pernah memakan uang negara sebagai akibat dari program rekapitalisasi. "Jadi harusnya saya menjadi pahlawan," kata SugihartoMengenai tuduhan bahwa dirinya berbohong kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang merekrutnya menjadi menteri, Sugiharto secara tegas menolak hal itu. "Saya hanya ditanya mengenai konsep ke depan untuk memajukan bangsa ini, serta bagaimana bangunan politik, ekonomi dan industri. Jadi, apa yang saya bohongi ?" ujar Sugiharto. erwin daryanto