TEMPO.CO, Washington - Jejaring sosial Twitter, Kamis, 12 September 2013, mendaftarkan diri ke Securities and Exchange Commission untuk melantai bursa alias IPO (initial public offering). Dalam kicauan akunnya, jejaring sosial 140 karakter itu menyatakan telah mengajukan dokumen rahasia klasifikasi S1. Dengan klasifikasi dokumen ini, isi akan tetap rahasia sampai tiga pekan sejak diajukan hingga mendapatkan persetujuan.
Menurut Santosh Rao, analis Capital Greencrest, Twitter mengajukan dokumen S1 agar pengajuan IPO ini tak ramai oleh publik. Namun kerahasiaan ini justru mengundang tanda tanya, sebenarnya berapa pendapatan Twitter dan berapa harga sahamnya yang layak.
Rao memperkirakan nilai saham Twitter saat ini sekitar US$ 18-19 per lembar. Namun, saat go public, nilainya akan naik. Ini karena kepercayaan pada perusahaan Internet, seperti Facebook, makin tinggi. Harga saham perdana Facebook yang melantai pada Mei 2013 adalah US$ 38 per saham.
"Kondisi pasar saat ini bagus. Melihat pengalaman Facebook, saham Twitter bisa naik lagi harganya hingga US$ 20-an per lembarnya," ujar Rao. Rao menilai valuasi total Twitter bisa mencapai US$ 11 miliar.
Menurut Bloomberg, Goldman Sachs akan bertindak sebagai penjamin emisi utama (lead underwriter).
Twitter kini memiliki 200 juta pengguna aktif. Beragam pesohor, perusahaan, artis, atlet dan politikus dunia memakai sarana ini untuk berkomunikasi dengan publik.
Jika jadi melantai, Twitter akan menyusul Facebook di lantai bursa. Jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg itu melantai bursa tahun lalu dan meraup dana US$ 105 miliar. Ini rekor raupan dana terbesar buat sebuah perusahaan Internet.
Mark Zuckerberg mengatakan manajemen Twitter tidak perlu merasa khawatir menggelar IPO. Menurut dia, yang penting Twitter fokus pada apa yang dikerjakannya. "Saya pikir hasilnya bakal bagus," ujarnya.