TEMPO.CO, Surakarta -Meski paguyuban pedagang tahu-tempe di Surakarta tidak berencana ikut mogok produksi pada 9-11 September, nyatanya pasokan tempe ke pedagang pasar tradisional terhenti. Salah seorang penjual tempe di Pasar Legi, Rahmi, mengatakan hari ini tidak mendapat pasokan tempe dari tiga perajin tempe langganannya.
Padahal, dalam sehari dia biasanya mendapat pasokan sekitar 200 lonjor tempe berukuran panjang 30 sentimeter, lebar 5 sentimeter, dan tebal 2 sentimeter. "Saya terpaksa bikin tempe sendiri. Biar pelanggan tidak kecewa," katanya kepada wartawan, Senin, 9 September 2013.
Hari ini Rahmi membuat 50 lonjor tempe. Namun, karena stok terbatas, dia menaikkan harga jual dari Rp 2 ribu per lonjor menjadi Rp 3 ribu. "Tempe saya langsung diserbu pembeli karena tidak banyak yang jual tempe," ujarnya.
Rahmi mengaku akan memproduksi tempe sendiri hingga Rabu. Karena tiga pemasoknya sudah memberi tahu akan libur produksi selama tiga hari. "Saya tidak takut kena sweeping. Yang penting pelanggan tidak kecewa," katanya.
Penjual tempe lainnya, Parni mengatakan pasokan tempe terhenti karena perajin tempe langganannya tidak produksi. "Mereka tidak produksi. Katanya kalau tetap bikin akan diganggu perajin tempe lainnya," ujar. Biasanya dia yang mendapat pasokan dari 100 lonjor tempe dari perajin di Sukoharjo.
Untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya, Parni terpaksa mencari tempe dari perajin lainnya. Itu pun pasokannya hanya 300 lonjor yang dijual Rp 1.500 per lonjor. "Kalau yang biasa saya jual, harganya Rp 3 ribu per lonjor. Rasanya lebih enak," ucapnya.
Sedangkan untuk pasokan tahu, dia mengaku tidak ada masalah. Hari ini dia tetap mendapat kiriman 10 tong berisi 300 buah tahu per tong. "Pasokannya tetap, tapi ukurannya dikurangi," katanya.
Penjual tempe lainnya, Suginah mengaku hanya membuat 2 kilogram tempe bungkus daun. "Biasanya 5 kilogram," ujarnya. Dia mengurangi jumlah produksi karena harga kedelai impor mahal dan ikut solidaritas perajin tempe lainnya yang menghentikan produksi.
"Kalau perajin tempe skala besar memang berhenti produksi. Yang kecil-kecil seperti saya masih produksi tapi jumlahnya sedikit," katanya. Sehari-harinya Suginah menjual per 10 buah tempe dengan harga Rp 3 ribu.
UKKY PRIMARTANTYO (SURAKARTA)