Dolar Menguat, Eksportir Mebel Hanya Untung Sementara  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Rabu, 21 Agustus 2013 18:26 WIB

Proses pembuatan karya mebel ukir di sentra industri mebel Jepara di Senenan, Jepara, Jateng, Rabu (29/5). ANTARA/Andreas Fitri Atmoko

TEMPO.CO, Yogyakarta - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika bisa mendatangkan keuntungan bagi eksportir mebel dan tekstil dalam negeri yang memakai bahan baku lokal. “Bahan baku kayu lokal tentu lebih murah dibanding barang impor. Sehingga keuntungan saat diekspor bisa menjadi lebih besar,” kata Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY Djoko Raharto Rabu 21 Agustus 2013.

Selain itu, katanya, penguatan dolar berpotensi mendorong penghasilan dari sektor pariwisata, termasuk hotel dan restoran sebagai andalan ekonomi Yogyakarta. “Wisatawan dari mancanegara bisa makin banyak membelanjakan uangnya,” ujar Djoko.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terus merosot sebulan ini. Rupiah terjun hingga Rp 10.504 pada Selasa lalu. Bahkan di pasar uang Singapura, rupiah sudah diperdagangkan Rp 11 ribu per dolar Amerika.

Ketua Asosiasi Pengusaha Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) DIY Yuli Sugianto mengatakan bahan baku mebel Yogyakarta didominasi kayu lokal. Sejumlah negara tercatat sebagai tujuan ekspor, semisal Amerika dan Eropa, dan tujuan pengembangan, yakni Timur Tengah dan Cina. “Jangka pendek ini, (pengusaha) itu dapat rejeki nomplok,” kata dia.

Tapi, katanya, jika posisi dolar terus kuat, pasar akan menuntut penyesuaian harga. Selain itu, kondisi pasar di Amerika dan Eropa untuk produk dari Yogyakarta pun belum sepenuhnya baik. Penyesuaian harga dilakukan sebagian eksportir atas permintaan pembeli. “Eksportir terpaksa menyetujui karena susah mencari pembeli asing,” ujar Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Surakarta Lilik Setiawan.

Di sisi lain, tak semua produsen mebel asal Yogyakarta dan Surakarta didominasi pengusaha besar yang mengekspor langsung ke negara tujuan. Sebagian di antaranya perajin mebel kecil yang menjual produknya ke luar negeri lewat perantara dengan transaksi rupiah. “Berapa pun nilai dolar, tetap tak berpengaruh,” kata Yuli.

Di Surakarta 40 persen anggota Asmindo melakukan kegiatan ekspor dengan memakai rupiah. “Menguatnya dolar tak berpengaruh apa-apa,” ujar Wakil Ketua Asmindo Surakarta Adi Dharma Rabu 21 Agustus 2013. Selain itu, ada pengusaha mebel yang memakai bahan baku impor. “Ada bahan untuk penyelesaian akhir yang harganya tergantung nilai dolar. Ongkos produksi pun bertambah,” kata Adi Dharma. Jika tren pelemahan rupiah berlanjut dalam waktu lama, eksportir mebel akan terkena imbas negatif. “Mereka harus menambah biaya produksi.”

ANANG ZAKARIA | UKKY PRIMARTANTYO

Berita Terpopuler:

Guardian Dipaksa Hancurkan Data Rahasia Snowden

Wanita Ini Bangkit dari Kematian

Al Ikhwan Al-Muslimun Tunjuk Pemimpin Sementara

Pakai Jilbab, Perempuan Swedia Protes Diskriminasi

Tulis Status di Tumblr, Mahasiswa Dibui 6 Bulan

Berita terkait

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

17 jam lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

2 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

4 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

4 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

5 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

5 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

5 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

10 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

10 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

11 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya