Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat akan meninggalkan Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, (2/6). Presiden SBY usai dari Amerika Serikat dalam menerima World Statesman Award 2013 dari Appeal of Conscience Foundation (ACF). TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mewanti-wanti pengkritiknya atas koreksi pertumbuhan ekonomi di bawah target 6,3 persen. Koreksi ini semata-mata bukan karena kinerja ekonomi pemerintah memburuk melainkan dipicu oleh ketegangan perekonomian global. "Jangan pura-pura tidak tahu keadaan dunia berpengaruh langsung pada ekonomi kita," katanya di Kantor Presiden, Jumat, 2 Agustus 2013.
Laporan Badan Pusat Statistik menyebutkan pertumbuhan hanya mencapai 5,81 persen pada kuartal kedua tahun ini. Yudhoyono mengklaim angka itu sudah diprediksi pemerintah sebelumnya. "Kami sudah perkirakan sebenarnya," ujarnya.
Pemerintah kemungkinan mengkoreksi pertumbuhan menjadi 6,1 persen. Kendati tak mampu mencapai 6,3 persen, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa dan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan akan menjaga pertumbuhan di atas 6 persen. Yudhoyono berjanji mengambil langkah agar koreksi pertumbuhan itu tidak meleset lagi. "Ini sekaligus untuk menentukan asumsi pertumbuhan tahun depan," katanya.
Menurut Yudhoyono, saat ini kondisi ekonomi di seluruh dunia tengah mengalami pelambatan. Kondisi itu, kata dia, menjadi cerminan pemerintah menetapkan target asumsi dan perencanaan pembangunan.
