TEMPO.CO, Jakarta - Angka inflasi tahunan bisa melebihi 7,2 persen bila mengalami kendala kesediaan pangan. Pemerintah mengajukan RAPBN -Perubahan 2013 dengan angka inflasi pada kisaran 7,2 persen telah memperhitungkan faktor kenaikan harga BBM.
"Angka inflasi 7,2 persen sebagai dampak kenaikan BBM bisa dicapai jika ketersediaan pangan terjaga," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro, pada Jumat 24 Mei di Gedung Mahkamah Agung. Selain pasca kenaikan BBM, pemerintah sudah memasukkan faktor konsumsi bulan Ramadhan dan Hari Idul Fitri.
Menurut Bambang, batas bawah inflasi ini bisa terlampaui jika tidak ada upaya lebih dari penyuplai makanan. Kebutuhan pokok seperti beras, bawang, minyak goreng, dan produk holtikultura lainnya tidak boleh mengalami ganguan. "Apalagi di saat inflasi akibat kenaikan BBM yang kini menjadi headline."
Bambang menekankan agar pemerintah terkait yang membidangi ketersediaan pangan tidak melakukan pembatasan impor, dengan catatan jika pemasok lokal sudah tidak mampu memenuhi permintaan. Jika supply pangan dalam negeri tidak mampu mengatasi permintaan, demikian Bambang, maka pemenuhannya harus didatangkan dari impor. "Ini sudah menjadi konsekuensi."
Bambang juga mengharap kerjasama antar sektor, khususnya oleh pemerintah. "Yang fokus pada produksi ya harus menjalankan tugasnya dengan baik. Begitu pula dengan penjaga harga, harus menjalankan tugasnya dengan baik pula," ucap Bambang.
Sebelumnya pemerintah menargetkan inflasi berkisar 4,9 persen pada APBN 2013. Namun, pemerintah mengajukan RAPBN-Perubahan 2013 yang mencatut angka inflasi pada kisaran 7,2 persen.
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Hangat:
Kisruh Kartu Jakarta Sehat | Menkeu Baru | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah
Perlu baca:
EDSUS Jala Cinta dan Uang Fathanah
Berita terkait
LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel
2 hari lalu
Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.
Baca SelengkapnyaSektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali
3 hari lalu
Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.
Baca SelengkapnyaDisebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?
5 hari lalu
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi
10 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaPemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan
11 hari lalu
Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.
Baca SelengkapnyaKemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan
12 hari lalu
Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Baca SelengkapnyaEstafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos
32 hari lalu
Pemerintah RI menyalurkan bantuan Rp 6,5 M kepada Laos untuk mendukung pemerintah negara tersebut sebagai Keketuaan ASEAN 2024.
Baca Selengkapnya21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa
43 hari lalu
Museum Layang-Layang Indonesia memperingati 21 tahun eksistensinya mengabadikan kebudayaan layangan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPembatasan Ketat Barang Bawaan Impor Banyak Dikeluhkan, Ini Reaksi Kemenkeu
52 hari lalu
Kemenkeu memastikan aspirasi masyarakat tentang bea cukai produk impor yang merupakan barang bawaan bakal dipertimbangkan oleh pemerintah.
Baca SelengkapnyaKPK Serahkan Barang Rampasan Hasil Perkara Korupsi ke Enam Instansi Pemerintah
55 hari lalu
KPK menyerahkan barang rampasan negara hasil perkara tindak pidana korupsi kepada enam instansi pemerintah.
Baca Selengkapnya