Tambang Batu Hijau milik PT. Newmont Nusa Tenggara di Kecamatan Sekongkang, Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB. ANTARA/Ahmad Subaidi
TEMPO.CO, Samarinda - Terpuruknya harga batubara di pasaran dunia membuat pengusaha memilih untuk terus menunggu stabilnya harga. Ketua Asosiasi Pengusaha Batubara Samarinda, Eko Priyatno, mengatakan pengusaha saat ini memilih untuk tidak mengeksploitasi batubaranya.
"Pengusaha sekarang memilih menyimpan stok batubara dalam tanah, karena harga produksi masih belum mampu menutupi," kata Eko Priyatno, Senin, 13 Mei 2013.
Menurut dia, saat ini harga batu bara mengalami peningkatan meski tak signifikan. Dibandingkan dengan harga tahun lalu, menurut Eko masih sangat jauh. Anjloknya harga batu bara memang sangat bedampak pada pelaku usaha di sektor ini. Terutama para kontraktor yang terpaksa harus mengurangi karyawannya.
Eko mengungkapkan, saat ini aktivitas tambang yang masih tampak bergairah adalah perusahaan kategori besar. Sebab, mereka sudah terikat dengan kontrak jangka panjang. "Kalau perusahaan dengan kapasitas kecil sulit bergairah dengan konisi harga sekarang," kata dia.
Asosiasi Pengusaha Batubara Samarinda merupakan gabungan dari 50-an perusahaan batu bara. Seluruhnya kata Eko kondisinya sama. Masih menunggu harga stabil agar bisa eksploitasi maksimal dari kandungan batubaranya.