TEMPO Interaktif, Jakarta: Kelompok Pengusaha Indonesia menilai Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) sangat tidak realistis. Pemerintahan baru setelah pemilu September yang akan datang dinilai perlu merevisi rancangan ini. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi, pembuatan rancangan ini bersamaan dengan persiapan pemilu sehingga waktunya kurang memadai. Selain itu, lanjutnya, ada kepentingan politis dalam penyusunan ini. "Ini kan RAPBN untuk main-main pemilu. Saya pikir tidak terlalu realistis," kata Sofyan Wanandi di gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ), Jumat (20/8).Rancangan yang disampaikan presiden Megawati pada 16 Agustus lalu ini mentargetkan pertumbuhan ekonomi 2005 mencapai 5,4 persen. Sementara asumsi inflasi ditetapkan sebesar 5,5 persen dengan suku bunga SBI sebesar 6,5 persen. "Bagaimana mungkin pertumbuhan bisa mencapai 5 persen kalau tidak ada investasi," kata dia.Menurutnya tingkat investasi bisa ditingkatkan dengan menambah anggaran pembangunan sehingga dapat membangun infrastruktur meski konsekuensinya defisit bertambah. "Selama bisa dipakai untuk pembangunan rakyat lakukan saja. Tidak usah takut defisit-defisit," ujarnya.Dalam rancangan ini anggaran belanja negara mencapai Rp 394,8 triliun. Pemerintahan yang akan datang, lanjut Sofyan, harus menjadi pemain dalam pembangunan ini. Menurutnya investasi yang digalang oleh swasta masih memerlukan waktu yang cukup lama.Sofyan mengatakan usulan revisi RAPBN ini akan menjadi bahan kajian gabungan pengusaha. Menurutnya dalam waktu dekat kelompok ini akan melakukan diskusi dengan seluruh pakar ekonomi di Indonesia dan luar negeri. Hasil kajian ini, lanjut dia, akan dikumpulkan sehingga menghasilkan rekomendasi ekonomi bagi pemerintahan yang akan datang. Yandi MR ? Tempo News Room