Rupiah Melemah Paling Dalam

Reporter

Editor

viva

Rabu, 2 Januari 2013 07:02 WIB

Uang Rupiah. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Sepanjang tahun lalu nilai tukar rupiah melemah di tengah menguatnya sejumlah mata uang regional lainnya. Dalam transaksi Jumat lalu, rupiah ditutup pada level 9.637 per dolar Amerika Serikat, yang berarti melemah 568 poin (6,26 persen) dari posisi akhir tahun 2011 pada 9.069 per dolar.

Mata uang regional lainnya justru menguat sepanjang 2012. Won Korea menguat 7,11 persen, peso Filipina terapresiasi 6,47 persen, dolar Singapura naik 5,86 persen, ringgit Malaysia menguat 3,47 persen, serta baht Thailand juga menguat 3,47 persen terhadap dolar Amerika. Sedangkan dolar Australia melemah 3,1 persen.

Analis dari Treasury Bank BNI, Radiyta Ariwibowo, mengemukakan bahwa pelemahan rupiah sepanjang 2012 diakibatkan oleh beberapa faktor. Pertama, ketidakpastian di Eropa terkait dengan masalah Yunani yang dikhawatirkan akan keluar dari Yunani dan kecemasan tebing fiskal (fiscal cliff) di Amerika.

Kedua, rencana kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi yang memicu kenaikan harga, walaupun akhirnya tidak jadi dinaikkan karena harga minyak dunia cenderung turun, serta neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit sehingga memicu defisit neraca transaksi berjalan.

“Defisitnya neraca perdagangan membuat pasokan dolar dari para eksportir terbatas, sedangkan permintaan untuk membiayai impor terus meningkat, membuat rupiah cenderung melemah,” ujarnya.

Tercapainya kesepakatan untuk menghindari tebing fiskal di Amerika diperkirakan akan kembali memicu animo investor untuk kembali memburu aset-aset yang berimbal hasil tinggi di pasar berkembang, seperti rupiah, karena aliran dana asing akan kembali masuk.

Namun melambatnya kinerja ekspor yang dibarengi dengan meningkatnya permintaan impor barang yang dapat memicu defisit perdagangan masih akan mengancam pelemahan rupiah. “Pasokan dolar AS akan tetap terbatas karena di triwulan pertama biasanya digunakan oleh para pelaku usaha untuk mengimpor bahan baku,” ujarnya.

Sepanjang tahun ini, Raditya memprediksi, bila pemerintah dan bank sentral bisa menjaga inflasi dari rencana kenaikan harga BBM bersubsidi, tarif daya listrik, serta upah buruh, rupiah bisa menguat hingga ke level 9.300-9.400 per dolar AS. Jika gagal, rupiah bisa melanjutkan pelemahan hingga ke 9.900 per dolar Amerika.

PDAT | VIVA B. K


Berita terkait

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

9 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

14 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

14 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

15 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

15 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

15 hari lalu

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai pelemahan rupiah bukan hanya karena konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

16 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya

Istana Tegaskan Presiden Jokowi Terus Dorong Penguatan KPK

1 Desember 2023

Istana Tegaskan Presiden Jokowi Terus Dorong Penguatan KPK

Ari Dwipayana menyebut semua pihak termasuk Presiden Jokowi berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjalankan fungsinya dengan baik.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Sebut Pelemahan Rupiah Bisa Untungkan Eksportir

27 Oktober 2023

Wamenkeu Sebut Pelemahan Rupiah Bisa Untungkan Eksportir

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika bisa menguntungkan para eksportir.

Baca Selengkapnya

Agenda Jokowi Reshuffle Gelombang Kedua

26 Oktober 2023

Agenda Jokowi Reshuffle Gelombang Kedua

Presiden Jokowi dikabarkan kembali akan reshuffle kabinet pada pekan depan. Siapa saja yang bakal diganti?

Baca Selengkapnya