Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution memaparkan hasil keputusan tingkat suku bunga (BI Rate), Jakarta, Kamis (12/4). ANTARA/Yudhi Mahatma
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan subsidi bahan bakar minyak menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut dia, hal tersebut membuat defisit transaksi berjalan dalam Neraca Pembayaran Indonesia menjadi semakin besar sejak 2011.
"Kelemahan ini sudah sejak zaman Orde Baru dan tak pernah bisa kita atasi," kata Darmin dalam Kompas CEO Forum, Rabu, 28 November 2012.
Mengenai tindakan pemerintah yang lamban dalam menyesuaikan harga bahan bakar, Darmin melihat hal tersebut berdampak pada faktor lainnya. "Setiap kali terlambat, kebijakan yang diambil jadi excessive, berlebihan dan ke sana kemari," ujarnya. Kelambanan pemerintah ini juga dinilai hanya menguntungkan masyarakat kelas menengah atas.
Darmin menambahkan, faktor yang juga menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah struktur industri Indonesia yang masih lemah. Ia menilai seharusnya industri sudah mulai digerakkan untuk bergerak di kegiatan pembuatan bahan baku dan bahan penolong. "Pemerintah harus mendidik wirausaha yang mau masuk industri bahan baku dan bahan penolong," ujarnya.
Meskipun begitu, ia melihat daya tahan perekonomian Indonesia masih kuat. "Ini yang menjadi kelebihan Indonesia dibanding negara-negara lain," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Agus Martowardojo berharap kuota bahan bakar bersubsidi tahun ini bisa dikendalikan sampai akhir tahun. Dia yakin Kementerian Energi, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi, dan Pertamina mampu melakukan pengendalian. “Kami tetap mengharapkan supaya kuota tidak meningkat," ujarnya Selasa lalu.
Jika kuota melebihi target APBN, kata Agus, pemerintah akan menambal dari penerimaan negara. “Ada dana di kas negara yang besar dan bisa dipakai membiayai kebutuhan-kebutuhan, termasuk keperluan membayar subsidi BBM atau subsidi listrik.”