TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Riset Ekonomi Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, menyarankan Bank Indonesia tetap mempertahankan BI Rate sebesar 5,75 persen meski laju inflasi rendah. Sebab, menurut dia, selisih antara BI Rate dan inflasi sebesar 1 persen sudah cukup aman menahan laju inflasi.
"BI tidak punya peluang untuk menaikkan atau menurunkan, karena justru akan menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih butuh stimulus," kata Purbaya, saat ditemui di Kementerian Keuangan, Kamis, 1 November 2012.
Dalam jumpa pers, Badan Pusat Statistik mengumumkan inflasi masih terjadi, meski rendah. Pada Oktober 2012, inflasi tercatat sebesar 0,16 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan inflasi pada September sebesar 0,01 persen.
Dengan demikian, secara tahun kalender (Januari-September 2012) laju inflasi sebesar 3,66 persen. Sedangkan secara year on year laju inflasi sudah mencapai 4,61 persen. Kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, dan transportasi menjadi faktor pendorong terjadinya inflasi.
Purbaya memprediksikan inflasi yang terjadi hingga akhir tahun ini tidak akan mencapai 5 persen. "Jadi masih bisa di bawah 5 persen. Tapi, untuk lebih rendah dari 4 persen itu kecil peluangnya," ujarnya.
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
12 hari lalu
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.