Gaikindo Dukung Larangan Mobil Mewah Beli Premium  

Reporter

Senin, 10 September 2012 08:16 WIB

Konsumen mengisi bahan bakar miyak jenis Pertamax Plus di SPBU khusus Pertamax, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jumat (27/4). ANTARA/Reno Esnir

TEMPO.CO, Jakarta - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mendukung rencana diterbitkannya pelarangan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bagi mobil mewah.

"Ini merupakan bentuk dukungan bagi masyarakat agar mematuhi standar emisi internasional dengan menggunakan bahan bakar yang nilai oktannya di atas 90," ujar Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto ketika dihubungi Tempo pada Ahad, 9 September 2012.

Artinya, dengan standar tersebut, mobil diharuskan menggunakaan bahan bakar sekelas Pertamax dan Pertamax Plus. "Di Eropa peraturan ini sudah lama keluar, tepatnya 2006," kata Jongkie.

Ada dua aspek yang mendapatkan pengaruh positif dari peraturan itu, pertama teknis dan kedua ekonomis. Secara teknis, bahan bakar dengan kualitas tinggi akan meningkatkan kinerja mesin. Sedangkan sisi ekonomisnya, jika mesin terawat, maka masyarakat tidak perlu banyak mengeluarkan biaya untuk ke bengkel.

Namun ia enggan menyebutkan bahwa ketentuan tersebut diberlakukan bagi mobil mewah. "Mewah atau tidaknya saya tidak bisa menentukan, yang penting mobil produksi 2006 ke atas jangan pakai Premium," kata Jongkie.

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) hendak mengeluarkan aturan pelarangan penggunaan BBM bersubsidi bagi mobil mewah. Diharapkan peraturan dilaksanakan pada akhir bulan ini.

Direktur BBM BPH Migas Djoko Siswanto mengatakan sasaran utama di awal berlakunya peraturan itu adalah melarang mobil mewah menggunakan Premium. Ia menyebutkan beberapa jenis mobil mewah seperti Mercedes Benz, BMW, Toyota Alphard, dan Toyota Camry.

Aturan ini juga berlaku bagi kendaraan umum, yaitu taksi eksekutif. Sebab, taksi jenis ini biasanya menggunakan mobil mewah jenis Mercedes Benz atau BMW. Sedangkan bagi mobil di luar jenis yang disebutkan, penerapan peraturannya akan segera menyusul.

"Ini masih uji coba dulu, kalau pembatasan bagi mobil mewah berhasil, pasti untuk jenis mobil lainnya akan mengikuti," ia mengatakan.

Rencana peraturan tersebut dipicu oleh membengkaknya konsumsi BBM bersubsidi. Hingga Agustus, BBM bersubsidi yang telah disalurkan mencapai 29,32 juta kiloliter.

Adapun jumlah kuota yang tersedia sebanyak 40 juta kiloliter. Jumlah tersebut terdiri dari Premium 18,44 juta kiloliter, solar 10,06 juta kiloliter, dan minyak tanah 700 ribu kiloliter.

SATWIKA MOVEMENTI

Berita terkait

Harga BBM Terdampak Perang Iran - Israel? Ini Kata Pertamina, DPR dan Pengamat

23 hari lalu

Harga BBM Terdampak Perang Iran - Israel? Ini Kata Pertamina, DPR dan Pengamat

Pecahnya konflik Iran - Israel dikhawatirkan berdampak pada harga BBM karena terancam naiknya harga minyak mentah dunia.

Baca Selengkapnya

Makan Siang Gratis Akan Gunakan Dana BOS, Pengamat Ekonomi Sebut Bisa Begini Dampaknya

3 Maret 2024

Makan Siang Gratis Akan Gunakan Dana BOS, Pengamat Ekonomi Sebut Bisa Begini Dampaknya

Para ekonom mengkritisi penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran. Jika dipaksa menggunakan, apa dampaknya?

Baca Selengkapnya

Defisit Anggaran Melebar 2,8 Persen dari PDB, Gara-gara Subsidi Pupuk, BLT dan BBM

26 Februari 2024

Defisit Anggaran Melebar 2,8 Persen dari PDB, Gara-gara Subsidi Pupuk, BLT dan BBM

Defisit anggaran akan melebar menjadi 2,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pemerintah menambah subsidi pupuk, BLT, dan menahan kenaikan BBM.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran Masuk APBN 2025, Jokowi Matangkan di Sidang Kabinet Pekan Depan

24 Februari 2024

Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran Masuk APBN 2025, Jokowi Matangkan di Sidang Kabinet Pekan Depan

Program makan siang gratis Prabowo-Gibran masuk APBN 2025, Jokowi akan matangkan di sidang kabinet Senin depan.

Baca Selengkapnya

Anggaran jadi Polemik, Ekonom Usulkan Refocusing Program Makan Siang Gratis

19 Februari 2024

Anggaran jadi Polemik, Ekonom Usulkan Refocusing Program Makan Siang Gratis

Ekonom CORE Indonesia, Mohammad Faisal, mengusulkan refocusing program makan siang gratis Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Baca Selengkapnya

Pemangkasan Subsidi BBM untuk Makan Siang Gratis, Pengamat: Bisa Menurunkan Penerimaan Pajak

19 Februari 2024

Pemangkasan Subsidi BBM untuk Makan Siang Gratis, Pengamat: Bisa Menurunkan Penerimaan Pajak

Pengamat menilai jika subsidi BBM dipangkas untuk program makan siang gratis maka penerimaan pajak bisa menurun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Subsidi BBM Idealnya Dipangkas untuk Beralih ke Energi Bersih, Bukan Makan Siang Gratis

18 Februari 2024

Ekonom Sebut Subsidi BBM Idealnya Dipangkas untuk Beralih ke Energi Bersih, Bukan Makan Siang Gratis

Ekonom Celios Bhima Yudhistira menyebut subsidi BBM idealnya dipangkas bukan untuk membiayai program makan siang gratis. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Ramai Subsidi BBM Dipangkas untuk Makan Siang Gratis, Begini Penjelasan Lengkap TKN Prabowo-Gibran

18 Februari 2024

Ramai Subsidi BBM Dipangkas untuk Makan Siang Gratis, Begini Penjelasan Lengkap TKN Prabowo-Gibran

Wakil Ketua TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka buka suara soal polemik pemangkasan BBM untuk program makan siang gratis.

Baca Selengkapnya

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

18 Februari 2024

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

Melalui kicauannya di media sosial X, Susi Pudjiastuti mengaku lebih setuju subsidi BBM dialihkan untuk makan siang gratis anak-anak di sekolah.

Baca Selengkapnya

Prabowo - Gibran Akan Pangkas Subsidi BBM untuk Biayai Makan Siang Gratis, Ekonom Ini Sebut Bahayanya

18 Februari 2024

Prabowo - Gibran Akan Pangkas Subsidi BBM untuk Biayai Makan Siang Gratis, Ekonom Ini Sebut Bahayanya

Ekonom Celios Bhima Yudhistira tak sepakat program makan siang gratis Prabowo - Gibran bisa dijalankan dengan memangkas subsidi BBM.

Baca Selengkapnya