TEMPO.CO , Jakarta: Indonesia kini menjadi tujuan perawatan pesawat dari luar negeri seiring dengan tren peralihan pasar perawatan pesawat di Amerika dan Eropa ke kawasan Asia-Pasifik sejak dua tahun lalu. \"Sekarang bahkan di hanggar kami ada pesawat-pesawat asal Amerika Serikat serta Afrika yang datang untuk mendapatkan perawatan,\" kata Corporate Secretary PT GMF AeroAsia, Dwi Prasmono Adji, di Jakarta.
Perawatan pesawat beralih ke negara-negara Asia, termasuk Indonesia, karena pertimbangan biaya perawatan. Perawatan pesawat di Amerika Serikat membutuhkan biaya hingga US$ 150 per jam. Sedangkan di Indonesia hanya dikenakan biaya kurang dari US$ 50 untuk setiap jam. Padahal, menurut Dwi, perawatan pesawat yang dilakukan di Amerika Serikat maupun Indonesia memiliki kualitas yang sama. \"Ada standar internasional yang harus dipenuhi.\"
Dwi mengatakan pihaknya juga meningkatkan kemampuan perawatan (overhaul) landing gear pesawat Boeing B737-NG setelah menyelesaikan perawatan landing gear pesawat B737-NG Garuda Indonesia. Overhaul landing gear adalah perawatan besar terhadap landing gear pesawat berdasarkan ketentuan yang dibuat oleh Boeing Company sebagai pabrikan pesawat B737-NG. Direktur Utama GMF AeroAsia, Richard Budihadianto, menyatakan GMF sebagai perusahaan MRO (maintenance, repair, and overhaul) pertama di Indonesia yang memiliki kemampuan overhaul landing gear B737-NG.
Kapabilitas baru ini melengkapi kemampuan C-Check untuk pesawat B737-NG. GMF AeroAsia juga tengah mengembangkan kapabilitas overhaul landing gear untuk Airbus A320. Pengembangan ini ditargetkan rampung pada 2013 sehingga overhaul landing gear pesawat A320 sudah dapat dilakukan di GMF. \"Maskapai nasional tidak perlu lagi mengirim pekerjaan overhaul landing gear ke luar negeri,\" kata Richard.
Saat ini GMF juga tengah melakukan pengembangan fasilitas untuk pusat perawatan pesawat Bombardier. GMF akan segera menjadi Authorized Services Facility Bombardier yang pertama di Asia-Pasifik, sekaligus yang keenam di dunia untuk melakukan perawatan terhadap pesawat Bombardier tipe CRJ Series 700/900/1000. \"Kami membangun fasilitas tersebut sembari menunggu kedatangan Bombardier pada Oktober mendatang,\" ujar Dwi.